Berani hidup pastinya harus siap menghadapi dua pilihan, seperti bahagia atau susah, menang atau kalah, senang atau sedih dan banyak lagi contoh lainnya.
Begitu juga sama halnya manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasangan, sejak Nabi Adam as dan istrinya Hawa hingga sekarang manusia ditakdirkan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Dunia yang saat ini kita diami dengan izin Allah berpasangan ada siang dan malam. Siang diperuntukan untuk beraktivitas sesuai kemampuan dan malam digunakan untuk istirahat.
Terkait apa yang disebutkan di atas, Allah SWT dalam Al-Qur'an surat ke 92, Al-Lail bersumpah mengenai waktu siang dan malam, termasuk penciptaan laki-laki dan perempuan.
Di ayat ini juga diterangkan bagaimana manusia dalam mencari usaha memperoleh kebahagian di akhirat. Kunci kebahagian untuk akhirat adalah tergantung pada cara menanfaatkan harta yang dimilikinya.
Dalam membelanjakan setiap hartanya, Allah SWT memberikan dua pilihan kepada manusia, apakah menjadi seorang pemurah/dermawan (Generous) atau menjadi orang yang pelit/kikir/bakhir (Miserly).
Dijelaskan dalam Al-Qur'an surat ke 92, Al-lail mulai ayat 4 di surat Al-Lail bagaimana manusia bermacam-macam dalam membelanjakan/memanfatkan hartanya. Orang yang mudah/pemurah/dermawan atas hartanya, maka Allah akan permudah jalan kebahagian (Surga). Sebaliknya, barangsiapa yang kikir/pelit atas hartanya, maka Allah permudah jalan kesukaran (Neraka).
Ayat keempat menyebutkan bahwa tiap manusia akan berbeda-beda dalam usahanya, inna sa'yakum lasyattaa, artinya "sungguh, usahamu memang beraneka macam."
Disambung ayat selanjutnya yakni ayat kelima dan keenam, fa ammaa man a'thoo wattaqoo, artinya"maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa," kemudian, wa shoddaqo bil husnaa, "dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga)," maka ayat ketujuhnya menjelaskan, fa sanuyassiruhuu lil-yusroo, artinya, "maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)."
Sebaliknya ayat kedelapan menyebutkan
wa ammaa mam bakhila wastaghnaa, artinya, "dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah)," dan ayat sembilan, wa kazzaba bil-husnaa, artinya "serta mendustakan (pahala) yang terbaik," maka ayat kesepuluh menjawab fa sanuyassiruhuu lil-'usroo, artinya "maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)."
Dari Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya."
Berdasarkan hadits tersebut, betapa pentingnya bagi umat manusia yang beriman untuk senantiasa menjadi orang yang pemurah yaitu selalu mensedekahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dan setiap sedekah jariah yang dikeluarkan akan mengalir tanpa henti sampai akhirat.
Tatkala kita meninggal maka kita diantarkan oleh tiga perkara, yaitu keluarga, harta/kendaraan dan amal termasuk amal jariah. Dua pulang kembali yakni keluarga dan harta  kemudian amal kebajikan (amal jariah) menemani sampai ke akhirat.
Di hadits lain dari Abu Hurairah ra, riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda artinya "orang yang dermawan (al-sakhi) itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang pelit (al-bakhil) itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang pelit.''
Demikian. Semoga bermanfaat.