Ada 3 buah repertoar yang disajikan oleh Oliver malam ini, secara detail saya kurang tahu, karena memang datangku terlambat (hahahahhahahhaha). Yang jelas Oliver kelahiran Schwabish Gmund di tahun 1970 ini sangat senang memainkan dan menginterprestasikan karya-kaarya komponis Johannes Brahms dan Ludwig Van Beethoven. Dengan demikian karyanya juga tak bisa lebih dari karya-karya komposer hebat tersebut. Keahliannya memainkan piano memang sudah diakui oleh dunia. berbagai penghargaan international, antara lain Kompetisi Beethoven International Wina, Kompetisi Piano International di Beijing maupun berbagai kompetisi di Jepang, di seluruh Eropa sudah dia raihnya.
Acara ini diadakan oleh JERIN (Jerman dan Indonesia), sebagai wadah kreatifitas dan ajang silaturahmi serta kerjasama antara kedua negara. Dalam peringatan JERIN yang ke-60 ini, JERIN memutuskan untuk kedua seniman tingkat international ini berduet ria memperdengarkan dan memainkan keahliannya di Indonesia. Yang pertama mreka pentas di Jakarta pada tanggal 26 januari, kemudian malam tadi di Surakarta dan besok malam di Surabaya. Kawan-kawan cari alamat FBnya dan twitter dengan kata kunci JERIN, untuk mengikuti perkembangan kreatifitas aanak bangsa ini dengan negara tetangga.
Apalagi penampilan Iskandar Widjaja yang memang asli keturunan orang Indonesia yang lahir di Jerman. Dikabarkan bahwa memang pemain violin kelahiran 1986 di Berlin ini sangat terkenal. Dia belajar violin sejak usia 4 tahun. Ketika berusia 11 tahun ia sudah belajar di Sekolah Musik Hanns Eisler di Berlin dan kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Kesenian Berlin. Ia memenangkan banyak penghargaan international antara lain bermain dalam Orkestra Simfoni Dubrovik yang terkenal itu.
Malam ini keduanya duet dan menghasilkan perpaduan yang sangat memukau mata dan pendengaran para penonton. Sampai-sampai bapak Walikota solo Joko W. tidak mau beranjak pulang dari tempat duduknya. Ada 1 repertoar yang menarik perhatian saya yaitu adanya unsur ethnic mesir dan asia yang mereka sajikan. dan Sebagai penutup sajian mereka memainkan 1 repertoar yang menggunakan teknik paling sulit dari permainan piano dan permainan violin. Bagi teman-teman yang ingin dan minat nonton besk mereka masih konser kok tapi di Surabaya. Tepatnya di Balai Adika Hotel Majapahit, jalan Tunjungan 65 Surabaya. Selamat menikmati deh, dan bandingan sendiri dengan musik kita.
Hasil yang begitu mencengangkan pastilah punya prinsip dan dedikasi serta kedisiplinan belajar yang tinggi. Latihan tentulah hal yang wajib bagi mereka. Minimal 8 jam per hari. Saya bandingkan dengan mahasiswa di ISI Surakarta yang saya amati, mereka belajar 1jam dalam sehari memainkan instrumen mereka sendiri saja sudah merasa bosan, apalagi 8 jam ya? Lalu mampukah bersaing? bener juga kata Pak Hasan Basri, apakah seniman tradisi mampu dihandalkan secara keilmuan maupun secara ketrampilan?