Tempat ini di kala aku asyik meminum kopi, tiba-tiba teringat akan suatu peristiwa dimana aku melihatnya asyik juga minum kopi dengan orang yang kuenal. Satu kesan itu tetap ada saat tiba disini di tempat ini. Kala melihatnya rasanya ingin sekali aku sembunyi di balik rerumputan atau pun ilalang. Tersembunyi di riuhnya angin menghempas daun. Tapi tetap aku merasa terhempas terbuang ke tanah dan sampai kapan kan terkuak. Dia tak tahu aku ada di sudut ruangan ini. Ku melangkah pergi dengan hampa dan air mata seakan sulit terbendung. Kala begini masih pantaskah dia kujadikan sebuah impian. Impian untuk tinggal bersama mendayung bahtera kehidupan seia sekata. Ku berkendara dengan tangisan menderu bagai guntur, biarkan saja aku keluarkan semua. Karena sesak ini tak dapat kuhindarkan, serasa sakit ini tak bisa diingkari karena rasa kecewa mendalam melingkari hati dengan penuh kalbu ini merasa tertinggal oleh angan bersamamu. Segala mimpi kami melayang terlempar dan terpapar. Kejadian itu tak pernah kubayangkan seakan-akan datang diluar batas nalar. Di kantor yang senyap ini duduk sendiri menenangkan perasaanku yang berantakan. Memang sudah agak tenang karena sudah kutumpahkan tadi di jalan. Aku menyadari, aku bukan emas juga bukan berlian mungkin adaku ba' batu yang perlu digosok hingga mengkilap.
KEMBALI KE ARTIKEL