Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Tampil Mesra (Tamrin-Maasra)

7 Mei 2014   19:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 43 0


Sebuah akronim yang membawa pada suatu wujud/tampilan romantisisasi, kebahagiaan, dan  kesejahteraan dalam kemesraan. Entah, ini secara kebetulan ataukah kebenaran akan terciptanya romantisasi pada pasangan ini. Tetapi, saya sangat terkesan karena Matahari bersanding bersama Bulan dan Bintang.


PAN dengan simbol Matahari, PBB dengan simbol Bulan dan Bintang. Entah, kebetulan ataukah kebenaran tapi kedua simbol tersebut membawa kita pada hakikat kehidupan Siang dan Malam. Siang adalah Matahari, Malam adalah Bulan dan Bintang. Siang mewakili kejantanan lelaki, dan Malam suatu ruang kelembutan yang melekat pada perempuan. Entah, kebetulan ataukah kebenaran, tapi kedua pasangan ini memang seorang lelaki dan seorang perempuan.




Saat ini kita berada dalam keadaan yang carut-marut dalam segala sendi. 10 tahun sampai hari ini, masyarakat Lowu-Lowu dan Kolese telah memberikan sumbangsih terbesar dalam mengawal pembangunan Kota Baubau. Diakhir perjalanan, masyarakat terkesima dengan arogansi pemerintah yang merongrong cara hidup masyarakat, sebagi petani, dan nelayan.


Masyarakat Lipu telah memperjuangkan Hak Atas Tanah Ulayat pembagunan Bandara Betoambari. Perjuangan yang cukup melelahkan, mulai Tahun 1987 perjuangan itu mereka sudah laksanakan, sampai mereka memenangkan di MA (Mahkamah Agung) pada tahun 1993. Dan perjuangan itu tidak pernah berhenti sampai sekarang. Namun, sayang mereka tak kunjung mendapatkan keadilan. Sampai hari ini persoalan ganti rugi tak pernah ada (hanya sepihak/pembodohan, pembohongan). Entah kapan mereka akan mendapatkan keadilan?


Pak Tamrin adalah Ketua DPC PAN Kota Baubau saat ini, dan sebagai Walikota Baubau dengan Partai PAN yang  dipimpin sendiri. Dapat dikatakan bahwa beliau adalah orang yang beruntung dalam Perpolitikan Pilwali kemarin, dimana yang ingin merebut Partai ini kemarin berjumlah ± 11 orang. Suka atau Tidak Suka Ketua DPW PAN Sultra adalah Gubernur Sultra hari ini, Saudara Nur Alam, SE.


Nur Alam telah mencanangkan pembangunan Sultra sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Sultra sebagai Kawasan Pertambangan. Program kontroversial ini masih menjadi bahan perdebatan serius dalam masyarakat Sultra. Ironinya Sultra yang penuh dengan Sumber Daya Alam melimpah, hari ini dikelola/dijarah orang luar (pengusaha) yang memperkaya diri sendiri dan meninggalkan kerusakan lingkungan yang sangat parah dibeberapa Kabupaten (Kolaka, Konawe [nikel;di amenggedo, pondidaha; nikel, wawonii [nikel], konut [nikel: asera], buton [talaga: nikel, kapontori: nikel], Konsel [tinanggea; nikel] Bombana [rarowatu: emas, SP 2 [emas], kabaena [nikel]). Dan hari ini hadir Tambang Nikel di Kota Baubau,


Sangat Ironi, Sultra di rusak dan dieksploitasi untuk kepentingan pengusaha luar, dan kita hanya menonton, penderitaan, kesengsaraan, yang dirasakan rakyat. Lebih Ironi lagi hampir seluruh Bupati-Walikota yang ada di Sultra adalah Kader PAN dan sebagai pekerja politik Nur Alam, yang nota bene mendukung program penderitaan rakyat ini.Mungkin sebagian orang sepakat dengan sebutan “Nur Alam sebagai Bapak Pembangunan Tambang Sultra”


Bukan men-sanksikan kenapa harus PAN tapi ada pertanyaan besar yang harus dijawab.


Sebagai Walikota Baubau, Apakah beliau akan mengikuti program pertambangan itu? Apakah Walikota mampu melawan Kebesaran Gubernur yang memaksakan agar Nikel yang di Sorawolio dieksploitasi,dimana wilayah itu merupakan penampung debit air kota baubau? Apakah Walikota dapat berkomitmen pada masayrakat Lowu-Lowu dan Kolese untuk membatalkan dan mencabut seluruh Izin Pertambangan PT. BIS yang hari ini sudah rampung dengan (Izin Prinsip Gubernur dan Izin Prinsip walikota yang mengizinkan PT. BIS untuk Ekaploitasi Nikel yang ada di Kota Baubau). Ataukah ingin melanjutkan dan membantu untuk mensukseskan Program Pertambangan ini karena motivasi pribadi dan desakan dari atas.


Tak tahu, apakah nasib masyarakat Lowu-Lowu_kolese akan seperti masyarakat Lipu, yang mungkin berjuang tanpa akhir, tanpa hasil, hanya harga diri yang kita banggakan. Berjuang tanpa arah penyelesaian, malah didesak untuk kalah. Masyarakat tak butuh alasan, dengan rasionalitas kesejahteraan, memihak pada rakyat kecil, memihak pada cara hidup masyarakat setempat yang hanya sebatas kata-kata.


Masyarakat Lowu-Lowu dan Kolese adalah masyarakat dengan prinsip hidup yang kuat, dan disiplin etos kerja yang kuat. Masyarakat hidup dengan kelimpahan alam yang diberikan Allah SWT, mereka hidup dipesisir tepi laut yang membuat kreatifitas dengan memanfaatkan laut sebagai nelayan, petani rumput laut, dan kami dianugrahi tanah yang subur untuk bertani.


Apakah Akronim pasangan ini masih seromantis saat dulu. Apakah janjinya masih akan seperti Matahari yang tidak pernah alpa demi memberikan kehangatan kepada bumi. Apakah nanti dapat menjaga, menyuguhkan ketenangan dan memberi cinta pada rakyat, seperti malam memberi kedamaian pada bumi.


Siang dan Malam adalah Hakikat Kehidupan. Matahari dan Bulan Bintang adalah Simbol Kekuasaan Allah. Janganlah kita memaknai simbol tersebut sebagai media politik yang membodohi dan menipu rakyat kecil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun