Sontak,dibeberapa teman-teman mahasiswa,berita ini jadi bahan perbincangan.Maklum,bagi Jokowi, dibalik fisik yang kecil,ada nama yang besar.
Tak jelas misinya,penolakan Jokowi sebagai capres adalah hal yang lumrah,ketika informasi telah dibebaskan.Setiap warga negara punya hak menyatakan pendapat.Penolakan Jokowi adalah bagian dari kebebasan itu.Kita mesti hargai.
Alasan “tetap konsisten mengawal penyelenggaraan negara” sebelumnya memang telah terwacana.Tetapi bagi saya,ini adalah ketidak-adilan menilai figur.Begitu banyak figur-figur yang belum paripurna dalam tugasnya,berani capres.Coba telisik siapa kandidat yang telah “bebas” dalam konvensi capres Partai Demokrat?
Mindset politik memang seringkali berat sebelah.“Yang besar” jadi pusat perhatian,dan abai pada “yang kecil”.Padahal semua sama,baik kecil ataupun besar punya hak yang sama.Tidak perlu menyerang yang besar untuk meloloskan yang kecil.Terpenting adalah konstituen yang menghendaki.
Jokowi,sebagai yang besar,biarkan ia berjalan dipentas,silahkan capres! (*)