Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

Pemberani dan Pemarah

5 April 2015   18:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 55 2


Seorang anak sudah berbaring dari tadi tapi masih gelisah. Di kepalanya bergayut sebuah pertanyaan yang membuatnya tidak bisa tidur. Ia bangun lalu berjalan keluar kamar menemui ayahnya yang masih duduk membaca buku. "Ayah, apa beda pemarah dan pemberani?"
Sang ayah menatap si anak. "Si pemarah menggunakan kemarahanannya agar ia tekesan pemberani. Tapi, si pemberani tidak perlu marah-marah karena keberanian itu tidak memerlukan alat lain menampakkan wujudnya."

Anak itu mengangguk-angguk. "Baik Ayah, aku mau tidur dulu." Ia pun kembali ke kamarnya. Tidur.


***


Si ibu, yang dari tadi menguping pembicaraan si anak dan si ayah, muncul tiba-tiba. Ia penasaran ingin bertanya pula walaupun sebenarnya ia tidak terlalu ingin tahu. "Apa beda semangat dan nafsu?"


Si ayah melirik istrinya itu dari sisi atas kacamata yang melorot ke hidung. "Semangat hanya bisa membakar sedangkan nafsu bisa menghanguskan."


Si Ibu tersenyum geli. "Jagalah nafsumu sebelum engkau terpanggang hangus." Ia pun pergi berlalu.

***

Si ayah meletakkan buku dan menanggalkan kacamata. Mengapa anak dan istriku tiba-tiba mengajukan dua persoalan yang sama sekali tidak penting? Bukankah ada persoalan besar yang lebih mendesak?

Ia menoleh pada jam dinding yang tiba-tiba berdentang. Jarum jam menunjuk pukul 00.00. Tengah malam. Ia bangkit dari tempat duduk lalu berjalan ke kamar. Aku harus bicara pada mereka besok, bisiknya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun