Soal sepele, semisal tukang sayur yang menjadi idola ibu-ibu komplek pun selalu memiliki sisi istimewa untuk ditulis. Mulai dari gayanya berpakaian, minyak wangi yang dikenakan, hingga harga sayur yang tidak memiliki standar, karena tergantung siapa yang datang menawar.
Memframing fakta, membumbuinya, agar kemasan dan rasanya menjadi sedap. Sehingga pembaca, pada gilirannya memperoleh sesuatu, yang dalam bahasa religiusnya, berkat.
Meski ada banyak pilihan framing, saya memilih menghadirkan tulisan yang tidak menghakimi. Dan membiarkan pembaca menyimpulkan nilai-nilainya sendiri. Karena bagaimanapun juga, penilaian atas fakta itu subjektif.
Gaya bahasa dan pilihan kata, terkadang memang menjadi kendala dalam menyampaikan gagasan. Tetapi tidak menghentikan hal utamanya, yaitu sang gagasan itu sendiri.