Sekilas kalimat ini biasa saja, tetapi adakalanya membuat seseorang takut bermimpi. Padahal mimpilah yang menggerakkan alam bawah sadar kita untuk melakukan tindakan. Keberadaannya membuat seseorang memiliki kekuatan lebih untuk terus bertahan pada arah yang telah ia tetapkan. Dari mimpilah perubahan bermula.
Dalam banyak kesempatan di kelas, saya sering mengajak para siswa  untuk bermimpi. Bukan sekedar mimpi, tetapi mimpi yang besar. Saya minta mereka mengabaikan  pikiran, apakah nanti mereka bisa atau tidak  menggapainya.
Alasannya sederhana, jika untuk bermimpi saja kita sudah membatasi diri, sementara realitas juga penuh dengan keterbatasan, lantas apa bedanya antara mimpi dan kenyataan? Dengan bermimpi, seandainya kelak tidak terwujud, kita tidak menyesal karena setidaknya pernah memimpikannya.
Mimpi tidak selalu harus dibenturkan dengan kenyataan, realitas yang kini sedang ada dan dialami. Jika kita bertahan pada realitas itu, kapan ada perubahan?
Para pembuat sejarah adalah para pemimpi. Ada yang mampu mewujudkannya setelah sekian lama jatuh bangun memperjuangkan mimpinya, tapi tidak sedikit yang mewariskan mimpinya untuk di wujudkan oleh generasi berikutnya.Â