Amat terbangun dengan cepat. Mimpinya menjadi
Superman ia tinggalkan begitu saja. Pak Gatot, guru matematikanya lebih menyeramkan dari pada
Darkseid yang sedang dihadapi. Ia memilih kabur dari pertarungan sengit yang sedang berlangsung, meski harus dengan olok-olok dan sebutan pecundang. Amat tidak peduli. Pikirannya hanya tertumpu pada tugas matematika yang belum dikerjakan, dan harus dikumpulkan pagi ini, pada jam pelajaran pertama, jam pelajaran Pak Gatot. Bagi Amat –dan mungkin juga bagi murid lainnya, tugas itu menjadi sangat penting, karena akan berlaku sebagai tiket masuk kelas dan syarat wajib untuk bisa ikut ulangan.Â
KEMBALI KE ARTIKEL