Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Mengenang Sang Maestro

8 Oktober 2013   13:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:49 195 0

Dua tahun telah berlalu, namun kenangan indah tak akan mungkin terlupakan. Ia adalah seorang musisi senior sekaligus penyanyi kondang tanah air berdarah Ambon yang telah menghembuskan nafas terakhirnya pada 13 September 2011 lalu di RS Fatmawati, Jakarta Selatan pasca menjalani operasi pada bagian kepalanya.

Sedikitnya 10 album telah dibuatnya dan diantaranya menjadi hit di belantika musik Indonesia seperti lagu Puncak Asmara, Tersiksa Lagi, dan Esok Kan Masih Ada. Ia adalah Utha Likumahuwa yang pergi meninggalkan dunia ini diusianya yang ke-56. Banyak kalangan yang merasa kehilangan sosoknya yang rendah hati dan telah memberikan banyak pengaruh terhadap musik Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan berbagai acara tribute untuk dirinya, seperti Java Jazz Festival (2012), Djarum Super MLD Java Jazz Festival (2013).

Pendiri Java Festival Production, Peter F. Gontha mengatakan bahwa Utha Likumahuwa adalah sosok penyanyi dan pahlawan di belantika musik tanah air, sehingga tribute untuknya menjadi suatu project yang patut dilakukan.

Begitu banyak kenangan indah dari sosok Utha Likumahuwa yang menjelang akhir hayatnya lebih banyak aktif dalam dunia pelayanan rohani. Dan bagi saya pribadi, momen yang paling berkesan adalah saat Sang Maestro menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta (Indonesia Pusaka) dalam konser “Indonesia – A Touch of Harmony” pimpinan Addie MS di Sidney Opera House, Australia pada 21 Juli 2009. Dengan suara dan gayanya yang khas, ia mampu meneteskan air mataku saat lagu tersebut dinyanyikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun