Tiba di tujuan, Mr Dew dan isterinya menjemput saya dan Mr.W dan mengajak kami makan malam di sebuah restoran sederhana. Saat makan, Mr Dew menerima telpon dan dengan serius berbicara di kejauhan hampir sejam, sampai kami selesai dinner. Dalam perjalanan menuju hotel, Mr Dew menjelaskan bahwa telpon tersebut berasal dari keluarganya di kampung. Rumah keluarganya harus dikosongkan karena pemerintah setempat akan menggunakan lokasi tersebut. Sepanjang malam, dia kelihatan gundah dan banyak berdiam diri.
Dua hari kemudian, kabar mengejutkan datang, rumah keluarga Dew sudah rata dengan tanah! Bayangkan, hanya dua hari keluarga Mr Dew dan ratusan orang lainnya sudah diratakan dengan tanah, tanpa alternatif relokasi apapun dan hanya dengan janji uang ganti rugi yang amat kecil. Ketika saya menanyakan akan dijadikan apa tanah orangtuanya, jawabannya hanya akan disimpan selama dua-tiga tahun kemudian dijual kepada developer properti untuk menambah GDP negaranya.
Malam harinya saat makan bersama seorang partner bisnis lainnya di restoran Mao cerita yang sama juga terjadi atas tanah kelahirannya serta penjelasan bahwa jutaan kejadian yang sama menimpa keluarga China tanpa mereka dapat berbuatpun dan umumnya kejadian tersebut menimpa keluarga yang miskin. Menurut rekan ini pilihan mereka cuman dua, "be strong" atau meninggalkan China.
Keesokan harinya Mr Dew menceritakan bahwa ibunya baru saja didatangi oleh official local yang menyarankan agar sang ibu mengingatkan anaknya yang menulis di sosmed perihal ketidak adilan yang menimpa keluarganya. Sang ibu diwanti-wanti agar menyuruh sang anak menghentikan kegiatannya yang "kriminal" karena menjelekkan pemerintah.
Dalam kesempatan berbicara secara pribadi berdua dengan Mr Dew, saya mengatakan kepadanya bahwa saat ini di Jakarta bahkan penghuni ilegal di bantaran kali/danau atau di tanah2 negara di Jakarta, ditawarkan untuk pindah ke rusun yang disediakan oleh pemerintah DKI full furnished, kemudian tanah tersebut digunakan untuk kepentingan umum. Mr Dew mengatakan "I know" dan menitikkan airmata. Bayangkan seorang presiden direktur yang tahan banting menitikkan airmata membandingkan kejadian yang menimpanya dan berharap pemimpinnya seperti Jokowi.
Negara China memang negara yang besar dan maju, tetapi kemegahan tersebut dibangun diatas penderitaan rakyatnya. yang diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi. Beruntunglah kita di Indonesia, mempunyai seorang calon Presiden yang amat manusiawi, yang menempatkan dirinya sebagai pelayan bagi orang miskin. Kami bangga padamu Jokowi dan berharap Bapak Jokowi dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju seperti China atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Salam perubahan!