Tiba sekitar pukul 15:00 WIB, kami semua bertemu di salah satu kedai kopi di sebuah mal tidak jauh dari Stadion GBK. Kami saling berbincang dan berbagi giliran menunaikan sholat Ashar di musholla mal, terkecuali saya yang seorang non-muslim. Tak lama setelahnya, kami berjalan kaki menuju Stadion GBK dengan diselingi canda tawa. Perjalanan kecil kami sempat saya abadikan dengan kamera ponsel, merekam aksi calo-calo tiket yang bertebaran di setiap sudut seputar stadion, juga menjejal jalanan yang mulai penuh sesak dengan pendukung skuad Garuda Muda.
Antusiasme dari semua supporter yang berjejal di pelataran parkir, taman, maupun yang asyik berjalan-jalan dengan mengenakan atribut serba Timnas Indonesia, sudah membludak hingga ke Jl. Jend. Sudirman. Dari pantauan saya, tampak kemacetan kecil di pintu masuk menuju Stadion GBK pada jalur lambat hingga pukul 15:30 WIB. Hingga saat itu, tidak terlihat satupun petugas pengamanan, baik dari INASOC, satpam GBK, maupun pihak kepolisian yang berjaga atau mengatur arus lalu lintas di pertigaan depan Mal FX – Stadion GBK.
Tak sengaja saya mengajak Hazmi Srondol mewawancarai salah seorang calo tiket. Naas, saya tidak mampu mewawancarai calo tersebut karena ia mengira saya berbicara kepadanya. Calo yang rambutnya sudah beruban dan tubuhnya kekar tersebut memilih untuk menghindar dari kami karena takut saya wawancarai.
Kami sudah tiba di pelataran stadion. Kami sempat bingung mencari-cari tribun tempat kami masuk, karena tiket yang ada di tangan kami hanya berjumlah 5 tiket untuk 5 orang, dan berada tribun eksklusif. Tiket tersebut adalah komplimen dari sponsor. Jika dijual di pasaran, tiket sekelasnya sekitar Rp. 250 ribu – Rp. 500 ribu. Wah, sebuah keberuntungan bagi kami, bisa menyaksikan dua pertandingan hanya dengan tiket gratisan, apalagi jika Presiden SBY datang menyaksikan. Betapa senangnya, sama halnya seperti Uli Hartati yang beruntung duduk dekat menteri saat menghadiri pembukaan SEA Games 2011 di Palembang!
Tempat duduk sudah disepakati. Serempak kami duduk di barisan depan. Pertandingan pertama kami saksikan, yaitu Malaysia melawan Kamboja. Tawa canda tidak berhenti saat kami duduk. Sambil menyantap gorengan yang dibelikan Hazmi, kami sempat saling bersinggungan, ngecengin soal cipika-cipiki si Srondol dengan salah seorang staf INASOC yang kami temui di kedai kopi tadi. Cantik, mulus pipinya, merah bibirnya. Tinggi semampai pula! Namun tertawaan kami berganti menjadi kejut cengang lantaran pendukung Malaysia yang tiba-tiba memadati tribun dan menyoraki tim mereka, “Huuuuuu...!!!” Lho, bukannya “Ayo Malaysia” malah cemoohan?
.
INDONESIA VS THAILAND
Masih dalam kemeriahan pertandingan Malaysia lawan Kamboja, tampak tribun atas mulai dipadati pendukung Timnas U-23, dilihat dari Sektor 22 hingga Sektor 3, dan Sektor 9 hingga Sektor 16 pada pukul 17:20 WIB. Mayoritas pendukung tengah menanti-nanti permainan idola mereka, seperti Titus Bonai, Oktavianus Maniani dan Patrick Wangai.
Waktu menunjukkan lima menit sebelum pukul tujuh malam, saat-saat akan dimulainya pertandingan. Lebih dari 60.000 orang penonton memadati Stadion GBK di seluruh tribun, tak terkecuali tribun VIP yang kami tempati. Atmosfer menonton sepakbola yang berbeda kami rasakan di sini, apalagi menonton laga Timnas Indonesia U-23. Saat menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, seluruh pendukung dengan penuh semangat menyanyikannya. Tak jarang ada yang menangis karena haru dan bangga. Suasana Stadion GBK berubah menjadi gemuruh nasionalisme yang membara.
Thailand sempat diganjar dua kartu merah karena mencederai salah seorang pemain Indonesia. Beberapa saat kemudian, pemain skuad Thailand berkurang satu karena dikeluarkan dari lapangan tanpa pengganti di menit ke-20. Wasit sempat dihujani amuk pemain Thailand, namun kartu merah tetap diacungkan di udara.
Saat saya mencoba mengambil gambar detik-detik dikeluarkannya pemain Thailand tersebut dari lapangan, saya diacungi jari tengah oleh pemain tersebut. Saya hanya tertawa.
Gol pertama dipersembahkan Titus Bonai melalui sundulan ke gawang skuad macan putih di menit ke-37. Thailand pun tak segan bermain keras. Tercatat banyak pelanggaran fisik seperti sliding tackle yang menumbangkan raga lawan. Empat puluh lima menit pertandingan berlalu, tiga menit waktu tambahan dihabiskan. Skor sementara di babak pertama, Indonesia unggul 1-0 dibanding Thailand.
Babak kedua dimulai. Thailand dan Indonesia bermain makin keras di atas lapangan hijau. Suasana berubah menjadi tegang. Beberapa menit kemudian, pemain Indonesia melakukan pelanggaran yang membuahkan tendangan penalti. Gawang Indonesia kebobolan. Penjaga gawang Kurnia Mega tidak mampu menjangkau bola dan akhirnya Thailand mampu menyamakan kedudukan 1 – 1 di menit ke-58.
Semangat pendukung Indonesia kembali menggelora saat Patrick Wanggai menjebol gawang Thailand hingga unggul 2 – 1 di menit ke-69.
Menjelang penghujung pertandingan di menit ke-80, salah satu pemain Timnas Indonesia mendapat perlakuan kasar yang mengakibatkan pemain Thailand bernomor punggung 5 meninggalkan lapangan karena diganjar kartu merah oleh wasit. Di akhir pertandingan, hanya tersisa 9 orang yang bertahan di skuad gajah putih.
Tambahan waktu tiga menit diberikan saat babak kedua akan berakhir. Gol dari Ferdinand Sinaga menegakkan posisi Indonesia yang unggul dalam pertandingan, menambah satu angka menjadi 3 – 1 hingga akhir pertandingan.
Tosaporn Sererak, panitia resmi untuk tim taekwondo Thailand, mengatakan bahwa permainan Indonesia melawan Thailand sangat menarik. Menurutnya, ini bukan ajang untuk saling bersaing. “Saya suka budaya dan kuliner Indonesia,” tutur pria yang tinggal di Bangkok ini.