Seringkali ada suara – suara dalam diri penulis. Suara itu kemudian muncul dan terus berdengung minta ditampilkan dalam bentuk tulisan. Itulah yang saya anggap nyawa sesungguhnya dari para penulis. Ketika seorang penulis menuliskan sesuatu yang bukan dirinya, kadang terasa bahwa tulisan itu dibaca kurang
‘maknyus’ karena nyawanya kurang menjelma dan barangkali racikan bumbunya kurang tepat. Mungkin banyak yang mampu menulis dengan tehnik baik, namun rasanya lebih sedikit yang mampu menulis dengan ‘nyawa’nya.
KEMBALI KE ARTIKEL