Berkunjung ke Perusahaan Bahan Peledak? Dduuuarrrr!!! (Bagian II) Pengalaman seru ketika berkunjung ke perusahaan bahan peledak di Subang, Tasikmalaya, Batulicin dan Bontang. Kalau pada
tulisan pertama saya banyak bercerita tentang kunjungan ke Pabrik
PT Dahana di Subang, kali ini saya akan ceritakan tentang kegiatan perusahaan bahan peledak tersebut di Tasikmalaya. Di Tasikmalaya, kota kelahiran Susi Susanti inilah PT Dahana memiliki 3 unit pabrik (cartridge emulsion, dayagel dan shaped charge). Jangan bayangkan pabrik berskala besar dengan pekerja ribuan orang. Pabrik yang terletak di area Pangkalan TNI-AU ini sangat kecil. Mirip industri rumahan. Ketika saya berkunjung ke sana, jumlah karyawan yang bekerja pada satu ruang produksi tidak sampai 20 orang. Lho kok bisa? Padahal Dahana kan sebuah perusahaan besar. Pabrik bahan peledak terbesar di Indonesia! Ya, ternyata seperti itulah pabrik bahan peledak. Kalau pada produk lain, kecanggihan teknologinya bisa kita lihat dari rumitnya proses produksi, juga jumlah pekerja yang terlibat mencapai ratusan bahkan ribuan orang misalnya. Pada industri bahan peledak, kecanggihan teknologinya bukan terletak pada hal-hal seperti itu, melainkan pada KOMPOSISI bahan-bahan campurannya. Seperti apa komposisinya? Nah, inilah yang masuk kategori TOP SECRET. Menurut salah seorang petugas di laboratorium PT Dahana di Tasikmalaya, orang yang membocorkan komposisi ini akan segera kehilangan nyawa. Hehehe… :) Jadi seandainya Anda - katakanlah - tanpa sengaja "terdampar" di sebuah pabrik bahan peledak misalnya, Anda barangkali tak akan mengira bahwa itu pabrik bahan peledak. Seperti yang saya alami ketika masuk ke pabrik
Dayagel. Hm, mirip pabrik dodol. Hehehehe…. [caption id="attachment_293113" align="aligncenter" width="418" caption="Bentuknya mirip dodol, cara membuatnya pun sama. Tapi ini adalah bahan peledak tingkat tinggi! Namanya Dayagel."][/caption] Proses produksi dan hasil akhir produknya pun lebih kurang sama seperti dodol. Pertama, bahan-bahan cair dimasukkan ke dalam sebuah kuali besar, lalu diaduk pakai sebilah kayu oleh seorang pekerja. Setelah padat, bahan ini dimasukkan ke sebuah mesin sederhana. Ya, mesinnya sangat sederhana. Tugas mesin ini adalah memasukkan bahan baku (yang sudah padat tadi) ke dalam sebuah kantong plastik. Kedua ujungnya diikat dengan bahan tembaga yang sangat kuat (sama dengan bahan pengikat pada sosis So Good atau So Nice). Setelah itu, kantong plastik dimasukkan ke dalam air yang sangat dingin. Dan terakhir, "dodol" yang telah terbungkus rapi diangkat dan dikemas di dalam kardus. Nah, persis pabrik dodol, bukan? Hehehe…. Saat berkunjung ke pabrik Dayagel inilah, ada kejadian lucu. Ada seorang pekerja yang menaiki sepeda mini, lalu di keranjang sepeda itu dia meletakkan sekitar 5 bungkus dayagel. Dia pun mengayuh sepeda itu ke laboratorium. Katanya sih, untuk diteliti. Semacam
quality control gitu deh. Saya tak bisa menahan tawa ketika melihat pemandangan itu. Saya bayangkan seandainya si pekerja itu mengayuh sepeda tersebut di jalan raya. Tak akan ada orang yang mengira bahwa dia sedang membawa bahan peledak. Hehehe…. Tapi tentu saja, ini hanya seandainya. Sebab faktanya, sistem keamanan di Dahana dengan sangat ketat menjaga sehingga tak ada bahan peledak yang sampai lolos. Sebab bila lolos, tentu keamanan negara bisa terancam :) Ya, sebagai sebuah pabrik yang memproduksi produk berbahaya, tentu faktor keamanan dijaga dengan sangat ketat. Para karyawan Dahan misalnya, semuanya didaftarkan di BIN. Ini tentu saja akan memudahkan pihak keamanan untuk melakukan penelitian ketika ada peristiwa pemboman oleh teroris misalnya. * * * [caption id="attachment_293119" align="alignleft" width="291" caption="Shaped Charges, ledakannya membentuk garis lurus, tidak menyebar. Fungsinya untuk membuat lubang pada pipa pengilangan minyak."][/caption] Selama ini, kita mungkin membayangkan bahwa bahan peledak akan menghasilkan kobaran api sangat besar dan menyebar ke seluruh penjuru angin dengan sangat cepat. Nah, di Tasikmalaya saya justru melihat ada bahan peledak yang tidak seperti itu. Namanya Shaped Charges. Bahan-bahannya dimasukkan ke sebuah wadah yang berbentuk kerucut dan ujungnya berupa lubang kecil. Ketika dieksekusi, maka bahan-bahannya akan meledak dengan cara membentuk garis lurus. Jadi dia tidak melebar ke mana-mana. Lho, buat apa bahan peledak seperti ini? Ternyata fungsinya adalah untuk melobangi pipa tembaga yang sangat tebal. Gunanya untuk membuat saluran minyak di pengilangan minyak dan gas. Nah, sekarang kita jadi tahu, ternyata bahan peledak itu banyak jenisnya, ya? Fungsinya pun bermacam-macam. Jadi kalau selama ini kita berpikir bahwa bahan peledak itu identik dengan teroris, itu adalah pandangan yang keliru. Bahan peledak ternyata sangat dibutuhkan pada industru pertambangan, migas, dan militer. Bahkan, ketika ada pembangunan jalan, bahan peledak juga dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan si kontraktor. Misalnya ketika ada pembangunan jalan Lingkar Nagrek di Jawa Barat menjelang lebaran tahun 2010 lalu, ternyata PT Dahana juga diundang untuk meledakkan beberapa area di proyek ini.
Tambahan info lagi: Bahan baku untuk bahan peledak itu ternyata ada di mana-mana. Bisa didapatkan secara bebas dengan sangat mudah. Kenapa? Sebab ketika bahan-bahan tersebut masih terpisah, itu sama sekali tidak berbahaya. Peledakan baru bisa terjadi bila bahan-bahan tersebut dicampur dengan komposisi tertentu, atau dirangkai, lalu diciptakan kondisi tertentu (misalnya adanya tekanan udara panas dengan suhu tertentu)a, dan seterusnya. * * *
Sekilas PT Dahana Boleh dibilang, Tasikmalaya adalah kota kelahiran
PT Dahana. Sebab di kota inilah - tepatnya di area Pangkalan TNI-AU - tahun 1966 lalu didirikan pabrik dinamit (NG based) oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Jadi awalnya, Dahana memang milik AURI. Tahun 1973, proyek tersebut dipecah menjadi dua. Yang pertama adalah program roket yang nantinya menjadi PT IPTN. Lalu yang kedua menjadi Perusahaan Umum (Perum) di lingkungan Departemen Pertahanan Keamanan dan diberi nama "Dahana". Berdasarkan PP No. 36 tahun 1973, Dahana diresmikan menjadi Perusahaam Umum (Perum). Lalu berdasarkan PP No. 17 tahun 1991, status hukum perusahaan ini berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Dahana sempat diberi hak monopoli oleh Pemerintah untuk pengadaan bahan peledak di Indonesia. Tapi di tahun 1994, berdirilah PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) milik Bimantara, dan hak monopoli pun dicabut. Sejak saat itu, persaingan pun tak terhindarkan. Bahkan hingga saat ini, ada sekitar enam perusahaan bahan peledak yang saling bersaing merebut pasar. Dari keenam perusahaan tersebut, boleh dibilang Dahana adalah yang memiliki produk dan layanan terlengkap. * * * NB: Insya Allah beberapa waktu lagi saya akan menulis Bagian III, yakni perjalanan saya ketika berkunjung ke proyek PT Dahana di Kalimantan. Ada petualangan yang sangat seru di sana. Thanks Jonru
KEMBALI KE ARTIKEL