Sebenarnya ada apa di balik kontroversi Lady Gaga yang akan manggung di Gelora Bung Karno 3 Juni nanti? Ini bukan saja soal kegamangan Polri menekan surat izin atau penolakan Menteri Agama, dan pertentangan keras dari FPI, FUI, dan ormas kemasyarakatan lainnya yang menolak konser Lady Gaga. Sejatinya, semua ini adalah akal-akalan atas nama keuntungan material, ketenaran berbau kontroversi dan mengacaukan kehidupan berbangsa negara ini. Memangnya sampai segitunya? Sangat mungkin terjadi jika promotor tetap memaksakan ambisinya agar Lady Gaga tetap manggung 3 Juni nanti akan terjadi kekisruhan dan aksi anarkis yang lebih luas dan bersifat masif. Kerugian materia dari situasi itu akan sangat besar. Tapi yang jauh lebih dirisauhkan bukan hanya karena kerugian materi akibat aksi anarkis tersebut namun yang justru dipertaruhkan adalah harga diri bangsa di mata dunia. Apa kata dunia gara-gara kongser si roker nyentrik itu Polri dan mungkin saja ditopang oleh tentara "bertarung" dengan bangsanya sendiri untuk mengamankan situasi.
Belum cukup sampai di situ, Mentri Transmigrasi dan Tenaga Kerja, dan Hukum dan HAM dimuat pusing apakah harus meneken surat rekomendasi izin atau tidak. Buah simalakama itu kini ada di tangan Polri, apakah meluluskan keinginan promotor acara dan penggiat pluralisme yang berteriak lantang mendukung atas nama HAM dan demokrasi, apakah harus mengizinkan atau membatalkan. Sedangkan penentangan konser tersebut kian meluas di tengah-tengah masyarakat yang sedikit banyak telah menimbulkan gesekan di tengah masyarakat kita.
Konyolnya lagi, Lady Gaga anteng-anteng saja soal kontroversi ini. Tapi yang ribut malah sesama kita. Saling menunjukkan bahwa dialah yang benar dengan argumentasi yang sama konyolnya. Betapa lucu dan kekanakannya mereka itu yang untuk urusan konser saja sampai bersitegang begitu keras. Benar-benar tidak mencerminkan sikap orang yang berbudaya dan berpendidikan.
Kontroversi ini bukan lagi soal akhlak, adat sopan santun, agama dan moral yang "dilecehkan" hanya oleh seorang Lady kontroversial itu. Tapi ini sudah kelewat batas dan "menginjak-injak" kehormatan dan harga diri bangsa kita. Semua mata di dunia melihat kegaduhan dalam negeri dan mereka tentu saja melihat betapa tidak dewasanya bangsa ini menyikapi masalah yang "gak penting banget" ini. Manajemen Lady Gaga senyam-senyum dan bersorak girang karena penjualan lagu-lagu Lady Gaga laku keras bahkan terjual lebih 6 juta copy. Di tengah gonjang-ganjing kekisruhan ini, promotor terus saja menjual tiket yang berharga selangit itu. Bayangkan saja, untuk satu tiket paling murah dibandrol Rp 465 ribu, bahkan ada yang sampai Rp 2,2 juta dan yang laku sudah lebih 50 ribu tiket. Apa ini gak benar-benar gila. Ada yang menangguk untung besar di tengah kekisruan ini.
Apa jadinya jika izin dikeluarkan dan konser tetap berlanjut 3 Juni nanti. Pasti dapat diprediksi akan terjadi aksi anarkisme. Mengacaukan situasi dan keamanan. Lantas mau ditarok di mana muka bangsa ini jika kondisi kian genting, tiba-tiba Presiden tampil memberikan pernyataan resmi. Sungguh itu tidak bisa diterima akal sehat, seorang Presiden turun tangan hanya soal kisruh konser, benar-benar konyol.
Demi harga diri dan kehormatan bangsa serta keamanan dalam negeri, langkah terbaik adalah konser ini dibatalkan atau pihak promotor mencari penyanyi pengganti yang lebih mau menghormati budaya bangsa ini. Presiden buruk ini telah mencoreng nama baik bangsa. Ada pihak yang bermain di balik semua ini. Setelah ini, Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri akan banyak artis-artis manca negara yang numpang populer di sini. Sungguh miris dan memalukan.***