Tiga hal ini menjadi salah satu syarat yang kerap dijadikan pertimbangan para orang tua, dengan tujuan agar kehidupan anak dan turunannya kelak bahagia jika memiliki pasangan hidup yang berbibit, berbobot, dan berbebet.
Bibit berarti; status atau derajat sosial orang tua, apakah masih keturunan priyayi, bangsawan, ulama, pejabat pemerintah atau hanya rakyat biasa tanpa mempunyai status sosial.
Bobot maknanya; adalah potensi dan pendidikan anak termasuk strata ekonomi orang tuanya. Sementara, Bebet bisa diartikan suatu pertimbangan nilai, bagaimana kualitas kepribadiannya, moral, kesetiaan, tanggung jawab, termasuk pertimbangan kualitas moral orang tuanya.
Pengertian Bibit, Bebet, dan Bobot di atas merupakan kultur budaya Jawa dalam mencari jodoh atau pasangan hidup. Nah, pada tulisan ini saya akan aplikasikan ini dalam menentukan atau mencari sosok pemimpin.
Sebagai keturunan Suku Jawa, yang kebetulan juga tinggal di daerah Jawa Tengah, saya melihat pemimpin Jateng saat ini yang kebetulan juga memiliki nama Bibit, ternyata kurang memiliki bebet dan bobot. (ini menurut saya lho, terserah Anda memandang beliau seperti apa..)
Untuk Bebet-nya sebagai seorang gubernur, saya melihat Bibit (Bibit Waluyo-red) kadang kurang bertanggungjawab secara 'moral' dengan melanggar aturan yang disepakati bersama dengan lembaga legislatif (DPRD) dan Eksektuif (Pemprov).
Salah satu contohnya adalah penerapan Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa Sastra dan Aksara Jawa. Salah satu amanat dalam perda tersebut adalah kewajiban menggunakan bahasa Jawa setiap Kamis.
Nah, pada saat ada acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jawa Tengah yang kebetulan digelar pada Kamis, 4 April 2013, Pak Gubernur Bibit Waluyo bersama para pembicara lain terus-menerus menggunakan bahasa Indonesia.
Pak Gubernur baru tersadar akan kewajibannya berbahasa Jawa pada hari Kamis, setelah salah seorang peserta Musrenbang yang menanyakan kurikulum bahasa Jawa di sekolah. "Oh ya, yen Kamis niku ngendikane bahasa Jawa njih. Nyuwun sewu niki boso Jowo kula kurang lancar," kata Bibit.
Bibit pun melanjutkan perkataan dengan bahasa Indonesia. "Sebenarnya saya bisa berbahasa Jawa, tapi kurang lancar. Berarti ini menyalahi aturan, ya," kata pria yang kembali maju menjadi calon gubernur periode mendatang ini.
Bebet-nya Bibit juga kurang apik, ketika dia dengan 'jumawa'-nya mengusulkan kepada KPU Provinsi Jateng agar tidak menggelar acara debat publik para kandidat cagub. Alasannya, kata Bibit, para kandidat cagub lain pastinya hanya akan menjual mimpi dengan mengatakan," jika saya terpilih.."
Ucapan Bibit ini, menurut saya menggambarkan kesombongannya seolah dirinya saja yang bisa membangun Jawa Tengah. Atau bisa jadi, sebenarnya ini bentuk kekhawatirannya menghadapi calon gubernur lain dalam pilkada Jateng yang akan digelar pada 26 Mei 2013 nanti.
Yang paling mencengangkan adalah kebijakan Bibit mengeluarkan Surat Keputusan kepada Rumah Sakit se-Jawa Tengah tentang “Pengaturan Pemakaian Jilbab” di lingkungan Rumah Sakit. Pergub yang dikeluarkan Bibit ini tentu saja membuat resah karyawati yang muslimah.
Bibit juga saya nilai kurang memiliki bobot (potensi) selama menjadi gubernur Jateng. Hampir tak ada prestasi memukau yang dicetaknya selama menjabat sebagai pemimpin di Jawa Tengah.
Dari survey Lembaga Media Survei Nasional (Median), yang dirilis Minggu (7/4), ditemukan hanya 40 persen saja publik Jateng yang puas terhadap kinerja Bibit sebagai gubernur. Sedangkan 37 persen tidak puas, dan sisanya tidak tahu. Selain itu, survei juga menemukan, sekitar 51,35 persen publik menginginkan Bibit diganti.
Sebagai gubernur, Bibit juga dinilai gagal menekan angka kemiskinan di Jawa Tengah. Angka kemiskinan di Jawa Tengah masih 15,34 persen atau sekitar 4,977 juta jiwa. Padahal, angka kemiskinan ditarget turun menjadi 13,44 persen. Selain itu, angka kemiskinan di Jawa Tengah lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Angka kemiskinan di Jawa Tengah masih 15,34 persen sedangkan prosentase kemiskinan nasional 12,27 persen.
Secuil gambaran di atas mungkin bisa menunjukkan bahwa sebagai pemimpin, Bibit ternyata tidak memiliki Bebet dan Bobot yang mumpuni. Untuk warga Jawa Tengah, diharapkan bisa memilih pemimpin yang lebih baik pada Pilkada nanti.. Pilihlah sesuai hati nurani Anda.