Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ingin 'Perang Kotor' di Indonesia?

25 April 2014   04:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 555 33
Anda pernah mengalami ada anggota keluarga atau saudara yang lenyap atau menghilang tidak jelas rimbanya?

Mak deg!

Itulah hal yang saya rasakan saat menjalani pengalaman seperti ini.

Tidak penting bagaimana saudara kita itu ‘hilang’ atau ‘menghilang’. Yang jelas: sampai nasib atau keberadaannya kita ketahui, seluruh perasaan atau pikiran akan terus tertuju kepada sanak kita itu. Bersama lenyapnya sang sanak, biasanya raib pula alasan kita untuk hidup seperti biasa dan untuk menjalani hari-hari.

Tidaklah usah bertahun-tahun atau berbulan-bulan. Sejam, dua jam, sehari atau beberapa hari saja sudah cukup untuk kita yang pernah mengalaminya untuk berkata: cukup, atau jangan (terjadi) lagi!

Kecemasan, ketidakjelasan, atau kesedihan dan trauma seperti ini yang nampaknya pernah menjadi salah satu senjata ampuh bagi penguasa di beberapa negara untuk merepresi kebebasan warganya sendiri.

Di beberapa negara berbahasa Spanyol, frasa ‘guerra sucia’ atau perang kotor pernah menjadi begitu populer di dekade 60an – 80an. Frasa tersebut merujuk pada masa di mana pemerintahan di beberapa negara hispanohablante tersebut menggunakan kekuatan militer untuk merepresi warga sipilnya sendiri yang dianggap oposan atau separatis.

Kata ‘kotor’ atau sucia dipakai untuk menggambarkan betapa metode represi yang dipakai oleh pihak militer pada dasarnya adalah melanggar hukum atau ilegal termasuk metode penculikan terhadap warga sipil.

Perang ‘terkotor’ sepanjang sejarah terjadi di Argentina di mana pemerintahan junta militer antara 1976 dan 1983 telah melenyapkan sekitar 13000 warga sipil termasuk menculik ratusan anak muda yang dianggap oposan.

Salah satu metode pelenyapan yang dipakai oleh junta militer Argentina dikenal dengan nama ‘el vuelo de la muerte’ atau penerbangan maut di mana sang sandera dibawa terbang dengan pesawat militer untuk kemudian dilemparkan hidup-hidup ke laut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun