Bertemu dengan Seorang Maestro, diharapkan muncul inspirasi-inspirasi untuk terus berkarya. Ada pencerahan, ada hal-hal baru bahkan gagasan yang dapat membalikkan persepsi yang selama ini mungkin salah kaprah. Salah satunya adalah Lensa "Sapu jagad". Dalam Workshop kali itu, beliau banyak sharing berkaitan dengan photo-photo hasil jepretannya menggunakan lensa 18-270. Sebuah realita yang mungkin tidak diketahui oleh orang pada umunya ditangkap dengan komposisi yang spektakuler. Moment yang menjadi salah satu ukuran sebuah photo dinilai baik/tidak ditambah lagi ekspresi. Beliay sharing bahwa kamera yang telah dibuat sedemikian canggih, tentu dapat berkerja dengan maksimal. tapi lebih maksimal jika ditambah dengan komposisi yang nbaik serta moment yang pass dan tak kalah menariknya ekprsi yang ekpresif. Menurutnya, tak perlu malu menggunakan tool Auto. Biarlah sistem yang berkerja, dan kita sabagai manusianya melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh sistem, kamera.
Tapi, jika beliau berpendapat demikian itu memang benar, karena beliau Sang Maestro telah berpuluh-puluh tahunn melakukannya secara manual, bahkan full manual. Tapi untuk saya generasi saat ini, Â apakah akan langsung pakai yg full Auto? Setidak-tidaknya tahu dan mengerti cara kerja kamera.
Setelah kurang lebih, 7 (tujuh) jam bersama Sang Master dalam seni photograpy, rasanya masih kurang. Masih banyak saya rasa ilmu yang dapat diserap dari sang Maestro photograpy tersbut. Jujur, sederhana, apa adanya, terus berkarya, terus membuat. Ada satu hal yang saya ingat dengan baik. Sebuah photo dikatakan baik, bagus jika sebuah photo tersebut dapat membuat penikmatnya merasa kagum. Rasa kagum inilah yang menurut saya menjadi kata kunci dari seluruh pertemuan dengannya. Kagum dengan karyanya, kagum dengan sepakterjangnya, kagum dengan keberadaannya. Terlebih kagumg dengan Dia yang telah memberikan keberadaannya di tengah-tengah dan diantara kita sekalian.
Demikian celoteh  seorang anak yang kagum dengan apa yang dialaminya.