Jika ditinjau dari aspek psikososial, sampai saat ini terdapat siswa didik yang kurang mampu menyerap ilmu yang diajarkan oleh gurunya. Ini hanyalah salah satu tipe siswa didik saja. Mereka tidak mampu menyerap ilmu secara optimal lantaran pembawaan materi sang guru secara sosiologis dan psikis kurang tepat bagi siswa didik. Beberapa alasan yang menjadi keluhan siswa didik lantaran kekurangmampuannya dalam menyerap ilmu di institusi pendidikan disebabkan oleh beberapa tipe guru berikut :
(1) Terkadang ada guru yang pilih kasih terhadap siswa didiknya. Guru tersebut hanya berfokus pada siswa yang pandai saja atau mungkin yang tampan saja untuk lebih ia beri kesempurnaan dalam penyampaian ilmu. Hal ini tentu sering sekali mengakibatkan terjadinya kecemburuan sosial diantara siswa didik yang membuat sistuasi dan kondisi pembelajaran menjadi vakum lantaran hegemonik interaksi dua arah guru dan siswa didik yang menjadi anak emas si guru. Hal ini kemudian berdampak pada ketidakmerataan ilmu yang disampaikan guru kepada seluruh siswa didiknya, dan hilirnya mengakibatkan range (rentang) nilai dalam kelas tampak sangat timpang.
(2) Terkadang dan sangat banyak guru yang mengajar terbawa suasana pribadinya. Kondisi ini sangat merugikan bagi stabilitas situasi yang kondusif dalam proses belajar-mengajar. Adalah baik jika sistuasi psikis pribadi sang guru sedang positif (mood), tetapi justru menjadu buruk jika ada guru yang memiliki masalah pribadi entah apa yang terjadi di rumah atau di masyarakatnya sedemikian sehingga kondisi psikis tersebut ia bawa hingga ke institusi tempat ia mengajar ilmu. Kondisi ini sangat banyak sekali menimbulkan respon buruk bagi siswa sehingga merubah psikis siswa didik yang awalnya semangat berangkat menuntut ilmu malah menjadi bosan dan ingin segera pulang lantara gurunya memberikan ilmu sambil bernada keras seperti orang sedang emosi.
(3) Sangat banyak sekali guru di Indonesia yang kurang mampu mengkomunikasikan ilmu kepada siswa didiknya dengan baik. Secara kemampuan (prestasi akademik) mereka tinggi dan baik, tetapi mereka kurang mampu untuk menjadi tenaga pendidik yang baik. Sebab, siswa didik terdakang kurang mengerti alur penyampaian guru yang tidak sistematis, dan ada juga siswa yang tidak paham dan memilih diam lantara gurunya kurang sederhana dalam menyampaikan atau ilmu yang disampaikan gurunya sepotong-sepotong sebab malas mengajar.
(4) Ada dan mungkin banyak guru yang justru sukanya mempersulit alur berpikir siswa didiknya. Tujuannya memang baik, yakni agar siswa didik bisa bertanya (artinya otaknya bergerak, tidak statis), tetapi perlu diperhatikan juga bahwa ada siswa didik yang dengan metode sok canggih tersebut, siswa didik malah sama sekali (nol persen) tidak mengerti ilmu yang disampaikan gurunya. Ia sulit memahami alur berpikir sang guru. Tidak terlepas juga antara dosen dan mahasiswa. Memang benar, yang namanya mahasiswa juga sudah dewasa secara pemikiran dan oleh karenanya mereka haruslah belajar sendiri juga secara mandiri. Namun, perlu diketahui, yang namanya dosen/guru, itu kan dalam ranah pembelajaran adalah sebagai sumber ilmu. Seperti Anda kalau mau minum air panas dalam termos, tentu tidak langsung Anda minum kan ? butuh perantara nampan atau gelas agar air panas itu dingin dahulu baru diminum. Kan begitu esensinya peranan seorang guru.
(5) Terkadang ada atau mungkin banyak guru yang secara sepihak, entah dengan motiv atau sebab apa si guru selalu mempersulit siswa didiknya. Bukan hanya guru di jenjang institusi pendidikan dasar, tetapi juga termasuk di perguruan tinggi juga ada. Sekali lagi, ini demi tercapainya kualitas pendidikan di Indonesia. Tentu sudah menjadi urgensi bahwa Indonesia harus memiliki guru yang berkualitas dan profesional dalam mengajar siswa didiknya. Sistem seorang guru dengan cara menyulitkan siswanya entah dengan metode pemberian nilai yang kurang pas bagi usaha siswa didik entah mengenai permasalahan yang dihadapi oleh siswa didik. Sebagai contoh ada seorang teman saya, yang kuliah sampai saat ini belum diluluskan oleh salah satu dosen pembimbingnya entah apa sebabnya, padahal usahanya sangat keras menggarap skripsi, tetapi si dosen bersikeras dan tak menghiraukan hasil kerjaan skripsinya. Beliau tidak juga mau ada satupun mahasiwanya datang ke rumahnya. Saat itu teman saya ini sudah mengerjakan proposal skripsinya beberapa kali revisi, tetapi malah hasilnya disobek-sobek lalu dimasukkan tempat sampah sehingga teman saya pun menangis, ini kan salah satu guru yang sebenarnya tidak pantas oleh pemerintah diangkat sebagai guru di Indonesia ini, kalau mau memperbaiki kualitas pendidikan dari sisi guru yang berkualitas. Guru yang kurang mampu menghargai hasil karya siswa didiknya inilah yang menurut saya merupakan guru yang paling tidak baik, dan seyogyanya tidak pantas menjadi guru bagi Indonesia.
(6) Terkadang dan mungkin banyak guru yang dalam memberikan materi keilmuan terlalu tinggi bahasa penyampaiannya sehingga siswa didik merasa bosan, mengantuk, tertidur pulas, atau bengong pikirannya kesana dan kemarin. Ini juga perlu diperhatikan oleh guru supaya siswa didik itu nyaman. Guru itu melayani murid, apalagi kan sudah dibayar oleh negara ini. Yang namanya melayani itu, ya sepenuh hati dan secara menyeluruh (komprehensif).
(7) Terkadang dan mungkin banyak guru yang kurang mampu ber"teman" dengan siswa didiknya. Ia sangat apatis dan kurang mampu mengerti kondisi dan situasi psikis siswa didiknya. Tipe guru yang memiliki sifat atau perilaku demikian mengakibatkan kurang intensifnya interaksi pemeblajaran dua arah antara guru dengan siswa didik sehingga bisa dimungkinkan ilmu yang berhasil diserap oleh siswa didik 10% kebawah.
(8) Terkadang dan mungkin juga banyak sekali, ada guru yang malas mengajar siswa didiknya. Maklum, memang setiap manusia memiliki waktu-waktu tertentu yang membuatnya berada dalam kondisi kejenuhan dan kecapaian. Oleh karena situasi itulah, maka tidak jarang guru hanya memberikan siswa didiknay tugas untuk dikerjakan, dan si gurunya pergi keluar entah kemana cari angin mungkin, seperti itu.
Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga pendidik Indonesia. Bukan untuk tujuan apapun, tetapi demi kualitas pendidikan Indonesia yang baik dan benar dalam menyebarluaskan keilmuan kepada generasi penerus Indonesia kedepannya.