Ini musibah kedepannya, sebab fenomena seperti itu akan berdampak buruk pada psikis siswa didik juga pada orang tua terhadap kepercayaannya kepada tenaga pendidik (guru). Beberapa waktu yang lalu, masyarakat digemparkan oleh kasus Jakarta International School (JIS). Sebenarnya kejadian pelecehan bahkan penca**lan siswa didik sudah sering terjadi, hanya saja yang tersorot media hanya kasus JIS saja, maklum sekolah ternaman gitu lhoo.... Tetapi jika ditelusuri dengan cermat, kasus semacam JIS banyak terjadi di berebagai daerah. Hal ini sangat terpaut dengan peranan teknologi infomasi yang semakin membuka secara bebas segala hal yang ada di dunia ini, baik yang positif maupun yang negatif. Salah satu contohnya adalah maraknya media maya yang mengandung konten por*o dan diakses di seluruh Indonesia ini (bisa lihat ulasannya disini).
Situasi dan kondisi seperti inilah yang sebenarnya menjadi urgensi pemerintah menciptakan sebuah sistem pendidikan yang efisien, ramping dan praktis, baik bagi guru, maupun siswa didik dan orang tua, sistem pendidikan tersebut adalah home school atau media electronic learning. Dengan media ini siswa tidak harus belajar di sekolah untuk menghindari kejadian yang serupa dengan JIS, selain itu pengawasan orang tua juga sangat diharapkan dapat berperan penuh dalam menemani anaknya dalam belajar, sementara materi pembelajaran secara tersistem bisa diberikan melalui media elektronik. Seperti yang diimplementasikan di Australia, program home school ini tampak terlihat efektif selain itu mampu menjangkau siswa didik yang rumahnya sangat jauh dari sekolah.
Dampak dari penggunaan home school dapat memangkas anggaran pendidikan untuk infrastruktur bangunan sekolah sehingga bisa dialokasikan pada anggaran pembangunan sistemnya saja. Selain itu, metode ini diharapkan dapat mencegah dan sekaligus mengurangi jumlah kasus pelecehan seksual terhadap anak atau siswa didik di Indonesia.