Pilkada menjadi anti-klimaks panggung politik di DKI Jakarta, dimana seperti terulangnya kisah kala dulu yang mencerminkan lebih lantangnya suara rakyat daripada suara partai-partai politik di nusantara. Mentari terbit di ufuk Timur, terbenam di ufuk Barat, ombak surut silih berganti, apakah Pilkada ini ibaratnya seperti dongeng Putri Salju, alkisah Ratu Cantik yang jahat bertanya kepada sang Cermin, “Cermin, cermin di dinding, siapakah yang paling cantik dari semuanya?”