Link: http://www.republika.co.id/berita/senggang/review-senggang/14/04/08/n3pioq-the-winter-soldier-super-hero-marvel-yang-ditampilkan-humanis
The Winter Soldier, Super Hero Marvel yang Ditampilkan Humanis
Perjuangan Captain America berlanjut. Setelah menjadi penyelamat dalam perang dunia II menghadapi Nazi Jerman, kini Captain America menghadapi musuh yang lebih besar. Captain America harus melawan musuh yang masuk ke dalam organisasi SHIELD dalam "Captain America: The Winter Soldier".
Diceritakan, SHIELD disusupi tokoh-tokoh dari organisasi jahat. Bahkan Nick Fury (Samuel L. Jackson), salah satu pimpinan SHIELD disingkirkan oleh organisasi bernama HYDRA itu. Steve Rogers/Captain America (Chris Evans) juga harus menjadi buronan SHIELD. Musuh utama dari Captain America sendiri adalah seorang dengan kemampuan super serta kemampuan militer bernama Winter Soldier (Sebastian Stan).
Captain America dengan bantuan dari Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson) dan Sam Wilson/Falcon (Antony Mackie) harus berjibaku melawan HYDRA
Menyaksikan Hollywood menghadirkan super hero Marvel di layar bioskop sudah pasti memberikan daya tarik yang besar. Mulai dari kekuatan yang dimiliki masing-masing super hero, juga kehadiran super hero itu sendiri. Semuanya dikemas dalam teknologi tingkat tinggi yang memanjakan mata, telinga, dan tentu saja rasa di hati.
Sebagai contoh, lewat teknologi canggih Hollywood, tokoh HULK bisa dibuat begitu buas lewat kekuatan dahsyatnya. Iron-Man bisa dieksplorasi lewat kecanggihan peralatan yang dimilikinya. Terlebih THOR dengan Palu Godamnya dapat memberikan ruang kreasi bagi pembuatnya. Belum lagi Wolverine cs dengan kekuatan mereka sebagai Mutant. Semua itu memberi nilai lebih untuk penonton.
Lalu bagaimana dengan Captain America?
Soal kekuatan super, tokoh komik yang lahir pada tahun 1941 ini memang tidak sedahsyat super hero lainnya. Andalannya hanya kekuatan fisik yang diatas rata-rata manusia ditambah perisai super yang mampu melindungi dari serbuan musuh.
Disinilah kejelian rumah produksi Marvel dengan menunjuk tiga penulis skenario. Mereka menutupi keterbatasan kemampuan Captain America dengan cerita yang humanis. Konsep cerita yang dibuat Ed Brubaker, dipoles dengan baik oleh Christopher Markus dan Stephen McFeely.
Meski ini adalah film super-hero yang resep utamanya harus mampu memuaskan pecinta komik dan pecinta aksi ala super-hero, drama yang ditulis dalam skenario mampu tampil sejajar dengan aksi-aksi yang ada.
Hubungan emosional antara Steve Rogers, Nick Fury, Natasha Romanoff, hingga sang musuh utama Winter Soldier dibuat begitu humanis dari sisi masing-masing tanpa membuat Captain America harus terlihat cengeng. Penambahan karakter antagonis yang dibintangi oleh Robert Redford sebagai Alexander Pierce juga menambah kelebihan film.
Efek visual tidak ketinggalan menambah greget film, terutama saat munculnya markas pusat SHIELD yang menyimpan tiga buah kapal induk raksasa. Aura komik tetap ada ketika tiga buah kapal induk raksasa yang mampu terbang tersebut, seakan keluar dari perut bumi (markas SHIELD).
Walau begitu, aksi heroik Captain America bukan berarti tidak layak disimak. Aksi yang tercipta dari alur konflik membuat para pecinta adengan laga terpuaskan. Menjadikan Captain America tetap ikon pimpinan Avengers yang mampu menampilkan sisi super hero hingga akhir film.
Sehingga dapat disimpulkan, alur dan plot cerita serta gaya humanis para karakter mampu mengimbangi kekuatan Captain America (yang bisa dikatakan biasa-biasa saja).
Bagi anda yang menyukai teknologi 3D, "Captain America: The Winter Soldier" juga menawarkannya. Sayang, konsep 3D untuk film ini tidaklah memberikan efek lebih dibandingkan versi 2D.
Konsep 3D Amazing Spiderman dan The Avengers, jauh lebih menghibur dibandingkan versi 3D yang dipentaskan oleh Captain America: The Winter Soldier.
Sebagai sedikit bocoran, anda jangan cepat-cepat beranjak pergi ketika selesai menonton film ini. Karena di akhir bagian film, akan muncul adegan bagaimana kelanjutan kisah para tokoh super-hero Marvel.
Selamat menonton.