Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Dua Ribu Tigabelas

2 Januari 2013   01:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39 101 0
Apalagi gerangan yang ingin kita syairkan?  Semua telah didendangkan. Telah semua dinyanyikan. Sudah disenandungkan. Kisah apalagi jika bukan kisah senandung korupsi anak-anak durhaka negeri. Membuat rakyat berdarah-darah. Rayat berhasrat, apakah mungkin, misalkan, para pelacur korup, si anak durhaka, si malin kundang itu, di gantung di silang monas, ditelanjangi kegilaan mereka?

Karena rakyat telah sakit dan berdarah-darah oleh kebejatan para pelacur pejabat korup. Apalagi yang hendak kita senandungkan? Apalagi yang ingin kita dendangkan, senandung jolo tak lagi terdengar. Apalagi yang hendak kita syairkan? Para penyair telah memahat semua dalam tulisan pantun, sajak dan syair. Rakyat hanya bisa menepuk dada, sesak nafas mereka. Karena pelacur pejabat korup ,anak durhaka, tak hirau akan tangisan rakyat. Anak durhaka menjarah, ngerampok tanah dan hak rakyat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun