Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Menangkap Skyline Jakarta dari Jalan Layang Dr. Satrio

10 Januari 2014   18:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 1008 1

Berawal dari memindahkan isi memori kamera karena sudah full. Saya buka-buka kembali beberapa file photo di akhir tahun 2013 yang masih "tercecer" di kamera. Dan ternyata menemukan foto-foto skyline Jakarta yang kebetulan sempat saya abadikan dari jalan Layang Dr. Satrio pada hari-hari terakhirnya sebelum jalan layang tersebut diresmikan dan dibuka untuk kendaraan.

Berikut mari kita nikmati bersama beberapa view Skyline Jakarta dari Jalan layang Dr. Satrio.

[note 1: hindari mode browser kompasiana mobile agar seluruh image muncul dalam artikel]

[note 2: seluruh gambar adalah dokumentasi pribadi]

PHOTO 01 "Welcome to the New World"

PHOTO 02 "wanna jump?"

PHOTO 03 Jl. Rasuna Said

PHOTO 04 Mega Kuningan

PHOTO 05 Kuncit

PHOTO 06 "New Public park?"

PHOTO 07 "The Obelix"

PHOTO 08 "The Reflection"

PHOTO 09 Jl. MH Thamrin Panoramic

PHOTO 10 Jl. sudirman Panoramic

Jadi bagaimana? Sungguh menawan kan view Jakarta dari jalan layang ini?

SATU SATUNYA JALAN LAYANG DI DUNIA YANG MEMBELAH KAWASAN CBD

Jadi ingat,

Beberapa minggu sebelum jalan layang ini dibuka, saya sempat berbincang dengan bapak sopir taxi yang saat itu kebetulan kami berada pada situasi terpaksa mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan luar biasa di depan Mall Kota Kasablanka. Jadi seperti ini kira-kira isi percakapan kami:

Bapak Sopir taxi: Wah Mas, bakal macet parah kalau kita lewat Casablanca situ, kita lurus aja ya, ntar langsung tembus di cawang.

Saya: Oke terserah bapak aja enaknya gimana. Wah bentar lagi ni jalan layang di atas mau dibuka, menurut Bapak akan mengurangi kemacetan nggak ya Pak?

Bapak Sopir taxi: Ya jelas kaga Mas, bakal makin banyak lagi mobil yang mau lewat situ, malah nambah macet di kokas aja itu ntar. Goblok nih gurbernur sebelumnye.

--

Itu tadi kira-kira perspektif dari bapak sopir taxi, seseorang yang tahu asam garam kemacetan jalan di Jakarta. Seseorang yang jam terbang di jalannya jauh lebih tinggi dari kita.

Dari perspektif saya pribadi, sebagai arsitek, keputusan membangun jalan layang yang membelah langsung kawasan CBD segitiga emas ya patut kita pertanyakan bersama. Jelas-jelas proyek ini tidak dilakukan dari kajian yang mendalam dan murni hanya sebagai proyek "buang-buang energi" - asal ada anggaran yang mau dibuang. Sopir taxi yang tidak S2 di Jerman saja tahu jika jalan layang ini terbukti justru menciptakan bottleneck effect baru di kawasan depan Kokas dan juga Jl. Mas Mansyur Karet.

Jl. Layang baru Dr. satrio ini adalah satu-satunya jalan layang dunia yang membelah langsung CBD. CMIIW, di New York saja tidak ada jalan layang terbangun tepat di tengah midtown Manhattan. Begitu juga Singapore di mana jalan layang selalu menepi serta menghindari dan meniti di pinggiran kawasan CBD Raffles Place, tidak nyelonong membelah di tengahnya.

Saya tidak habis pikir. Jika kita berada di situasi seperti malam hari ini terjebak macet di Dr. Satrio bawah misalnya, saat kita sudah penat dan sedang naik taxi atau menggunakan mobil dengan sopir, kita bisa saja turun di tengah jalan dan memilih nge-mall saja daripada melanjutkan berjuang di tengah kemacetan.

Nah, sekarang jika situasinya terjebak macet di atas jalan layang, trus ingin turun, mau ke mana?

DIROBOHKAN SAJA?

Di Seoul Korea pernah ada jalan layang yang pada akhirnya dirobohkan setelah beberapa tahun dibuka. Kemudian bekas jalan layang yang sudah dirobohkan tersebut justru dijadikan aliran sungai baru serta taman air yang lebih humanis dan memberikan public area baru bagi aktivitas penduduk.

Tapi apakah kita harus mengikuti jejak Korea, agak sayang juga .

Saya pribadi memiliki ide, lebih baik jalan layang yang sudah terlanjur terbangun ini dua lajurnya dipasang dan dibangun jaringan rel dan dijadikan jalur KRL saja yang langsung menghubungkan Tebet ke Tanah Abang. Jadi beban perjalanan Manggarai-Sudirman-karet bisa terbagi. Dan dengan jalur baru tersebut bisa kita dirikan stasiun-stasiun baru di titik Kokas, Terowongan casablanka, Kuningan City, Ambasador, Ciputra Mall, Sampoerna Strategic, serta Citywalk Sudirman. Konstruksinya Lebih praktis, murah, cepat, dan kapasitas penumpangnya jauh lebih besar dibanding monorail yang takkunjung dimulai pembangunannya. Sedangkan untuk 2 lajur sisanya, aspalnya bisa dikupas bisa dijadikan taman, sebagian ditanami rumput, space lainnya lagi dipasang jalur sepeda serta jogging trek seperti halnya bekas jalan layang New York Highline Park.

Jadi bagaimana kalau menurut Anda?

John Simon Wijaya ©2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun