Melenggang di kesunyian malam berteman angin kencang. Aku merungkut di balik sweeter hitam brcupluk. Di sini, jam segini, sudah tak ada siapapun melintas, apalagi bersenda gurau dengan temannya. Semua sudah lelap dalam tidur, dibuai mimpi masing-masing yang melenakan. Esoknya terbangun membawa harap baru untuk berbuat lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun yang terjadi pada diriku justru kebalikannya dari mereka. Aku malah melek, mengelilingi malam mencari mangsa. Mangsaku adalah manusia bejat moral, wanita jalang, atau anak gelandangan yang menangis dalam keremangan jembatan. Aku benci mereka karena mengotori jagat ini. Mereka tak berguna hidupnya makanya aku singkirkan agar tak mengotori alam ini dengan dandanan mereka yang compang-camping, berbau keringat, kadang bau pesing segala. Maklum mereka duduk, berbaring, dan bersandar merebah di mana saja. Tentu semua yang ada dan menempel di sana menempel ke tubuh dan pakaiannya. Maka ketika ia beranjak berjalan melintasi keramaian, bau dari apa yang mereka duduki tercium, menguar terbawa angin semilir.