1. Kasus yang saya baca adalah kasus enam profesor yang melakukan korupsi. Para profesor tersebut di antaranya adalah Nazaruddin Syamsudin, Rokhmin Dahuri, Miranda Goeltom, Burhanuddin Abdullah, Abdus Salam, dan Rudi Rubiandini. Mereka semua terbukti sudah melakukan korupsi dan telah ditangkap dengan barang bukti berupa uang sebesar USD 690 ribu dan 127 ribu dolar Singapura, beserta sebuah motor gede BMW. Dengan ini, mereka terbukti bersalah dan sudah dijebloskan ke dalam penjara.
2. Sebagai dosen yang dikenal bersih dan idealis, sangat disayangkan mereka kini terjerumus dalam perkara suap. Kasus ini seakan menambah deretan para profesor yang terjerat kasus suap dan korupsi. Membuat analogi tentang tikus dalam kasus profesor korupsi bisa membantu menggambarkan bagaimana tindakan korupsi merusak sistem yang ada. Berikut adalah analogi yang bisa digunakan:
Bayangkan sebuah gudang beras yang penuh dengan persediaan makanan untuk seluruh penduduk desa. Gudang ini diawasi oleh enam penjaga yang dipercaya oleh penduduk karena mereka memiliki gelar dan reputasi yang baik. Namun, para penjaga ini ternyata seperti tikus yang lapar. Mereka diam-diam mencuri beras dari gudang dan menjualnya untuk keuntungan pribadi.
Setiap hari, mereka mengambil sedikit demi sedikit beras, sehingga pada awalnya tidak ada yang menyadari kehilangan tersebut. Namun, lama-kelamaan, jumlah beras yang hilang semakin besar, dan persediaan untuk penduduk desa semakin menipis. Saat akhirnya penduduk menyadari bahwa beras mereka hilang, keadaan sudah sangat parah, dan desa berada di ambang kelaparan.
Dalam analogi ini, para profesor yang korup diibaratkan seperti tikus yang mencuri beras dari gudang. Mereka menggunakan posisi dan kepercayaan yang diberikan kepada mereka untuk keuntungan pribadi, merugikan masyarakat yang seharusnya mereka layani dan lindungi. Seperti tikus yang menyebabkan kelaparan di desa, tindakan korupsi mereka menghancurkan integritas dan kepercayaan dalam sistem pendidikan dan pemerintahan.