Presiden adalah pemimpin pemerintahan tertinggi. Karena memiliki kekuasaan yang luar biasa besar dan banyaknya, presiden perlu dibantu. Maka muncullah kabinet yang diisi para menteri dan pejabat setingkat kementerian, seperti Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung dan lain-lain. Untuk melakukan komunikasi pun, presiden memiliki juru bicara. Itu berarti bahwa juru bicara presiden menjadi “mulut panjang presiden.” Semua perkataan juru bicara selalu beratas nama presiden. Maka semestinya juru bicara presiden berhati-hati berbicara ke publik.
Koran Republika hari ini (Selasa, 17 April 2012) memberitakan ucapan juru bicara Presiden Republik Indonesia. Ucapan itu muncul sebagai reaksi atas maraknya kasus geng motor. Lalu, apa ucapan sang presiden melalui juru bicaranya?
“Ah, itu sih masalah kecil. Media saja yang membesar-besarkan peristiwa kecil itu. Lebih baik media massa memberitakan informasi yang menentramkan rakyat” ucap sang presiden lewat juru bicaranya.
Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang presiden menanggapi dingin atas kasus yang sedemikian parah? Polisi saja konon dibuat bingung karena begitu kompleksnya masalah geng motor. Terlebih kasus geng motor sudah makan korban jiwa dan puluhan korban luka. Dan yang lebih parah lagi, peristiwa geng motor terjadi di ibukota negara: Jakarta.
Peristiwa geng motor di Jakarta dapat dijadikan bukti bahwa Jakarta memang telah menjadi kota yang tak ramah dan aman lagi. Begitu banyak kejahatan dengan segala varian terjadi. Dari kejahatan kelas teri hingga kelas monster kakap dan kelas tukang parkir hingga kaum berdasi. Atas kondisi yang semakin parah, bisa-bisanya mulut seorang juru bicara presiden begitu enteng ngomong begitu ke media?
Sebagai pimpinan, semestinya Jakarta dikondisikan sebagai kota layak dikunjungi karena bersituasi aman, ramah, dan lancar. Jika Jakarta aman, tentu para tamu juga kerasan tinggal di Jakarta. Jika masyarakat Jakarta ramah, tentu tak ada lagi tawuran dan kejahatan sosial. Jika jalanan lancar, tentu rezeki pun akan mengalir lancar sehingga warga Jakarta makmur.
Semestinya presiden melalui juru bicaranya segera tanggap atas kegelisahan masyarakat Jakarta karena ulah geng motor. Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) saja sudah menyampaikan statemen bahwa geng motor diduga telah disusupi para pelaku kriminal yang terorganisir baik. Itu dapat diketahui dari modus kejahatan yang dilakukan para geng motor. Selain menyebut pimpinannya dengan sebutan “Ndan” dari kata “Komandan”, modusnya terbilang cepat dan bersih. Mereka tahu persis kelengahan aparat.
Jika kondisi itu dibiarkan terus, itu jelas dapat membahayakan stabilitas keamanan ibukota, bahkan negara. Kita tentu masih mengingat peristiwa di Papua, Aceh, dan beberapa daerah perbatasan. Pemerintah tidak boleh meremehkan sekecil apapun sebuah tindak kejahatan. Mungkin Pak Presiden lupa bahwa terbakarnya hutan Kalimantan dan Sumatera karena hanya berasal dari sepercik api. Jangan suka main api ya, Pak, nanti bisa terbakar, lho. Jaga tuh mulut juru bicara Anda!
Teriring salam,
Sumber gambar: Sini