Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Lelaki Terbaik Sekaligus Pemimpin Terbaik, Siapakah Dia?

6 Februari 2012   03:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00 1427 1
Di seluruh penjuru dunia, kini mereka menghadapi masalah yang hampir sama. Krisis itu adalah keteladanan alias kepemimpinan. Di mana-mana, semua rakyat seakan memberontak atas tatanan negerinya. Mereka beranggapan bahwa pemimpinnya belum layak dijadikan teladan alias contoh. Mungkin di satu sisi, pemimpin itu memiliki keistimewaan. Namun, banyak sisi lain justru menjadi cacat alias kelemahan sang pemimpin dimaksud. Atas kondisi itu, hendaknya kita melakukan flash back alias menoleh ke belakang. Nun jauh-jauh hari, ada seorang lelaki. Pria ini lahir dari keluarga yang teramat sederhana. Ketika lahir, beliau sudah menjadi yatim karena ayahandanya meninggal dunia. Ketika masih berusia balita, ibundanya pun meninggalkannya. Pada usia kanak-kanak, beliau telah menjadi yatim piatu. Atas kemiskinan kasih sayang orang tua, pria ini tumbuh bersama dengan beragam tatanan dari kakek, paman, dan lingkungannya. Karena memiliki kepekaan dan kecerdasan yang luar biasa, pria iniĀ  justru telah menjadi pribadi yang luar biasa: sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Siapakah dia? Tak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Dalam buku 100 tokoh paling berpengaruh dunia, Nabi Muhammad ditempatkan sebagai orang yang berhak menyandang itu. Penulis buku yang berasal dari negara barat tersebut mengakui bahwa Nabi Muhamamd SAW memang benar-benar menjadi sosok alias pribadi yang teramat layak menyandang predikat pria terbaik sekaligus pemimpin terbaik. Dalam masa kepemimpinannya, Nabi Muhammad SAW berhasil menata negeri Arab yang terkenal bengis dan kejam karena peradaban jahiliyahnya. Kini, zaman telah berubah. Para pemimpin itu dipilih karena kampanye yang sarat dengan janji-janji manis. Sungguh teramat lucu bahwa rakyat hanya dijadikan objek demi kepentingan pribadi dan partainya. Jelas itu teramat berbeda dengan sosok Nabi Muhammad SAW. Beliau berkampanye dengan perilaku nan santun dan keluhuran budinya. Beliau tak banyak bicara tetapi begitu banyak berbuat kebaikan. Oleh karena itu, beliau dianugerahi dengan sebutan Al Quran berjalan. Marilah kita berusaha belajar kepadanya atas sifat-sifat yang dimilikinya. Sidiq alias Benar Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pria yang belum pernah berbohong. Semua tindakan dan sikapnya selalu berjalan atas kebenaran. Perkataan dan perbuatan selalu sejalan. Begitu banyak godaan menari-nari untuk menggelincirkan keimanannya. Namun, beliau selalu bersikap tegar dalam kebenaran. Mengapa beliau bersikap demikian? Karena beliau selalu berpegang kepada Al Quran yang di dalamnya terkandung ajaran kehidupan demi kebaikan manusia. Beliau tidak pernah mengurangi dan atau menambahkan isi Al Quran barang sedikitpun! Amanah alias Dapat Dipercaya Sebagai pemimpin, beliau memberikan contoh nyata bahwa segala tindakannya tidak boleh mengecewakan rakyatnya. Kepercayaan yang diberikan Allah SWT dan rakyat Arab dilunasi seraya selalu menjaga kepercayaan. Belum pernah terdengar nada protes atas kepemimpinannya. Dan beliau memimpin rakyat dengan keteladanan nyata: saya tidak akan makan kenyang sebelum rakyatku bias makan kenyang. Maka, tentu kita akan menangis jika mendapati kehidupan sehari-harinya. Rumahnya hanyalah sebuah gubug reot dengan system magersari alias nempel tembok masjid. Makanan dan pakaian beliau teramat sederhana dan teramat jauh dari kesan berlebih-lebihan. Fathonah alias Cerdas Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai pria dan pemimpin nan teramat cerdas. Beliau terkenal sebagai ahli politik, ahli perang, dan sekaligus ahli kehidupan. Belum pernah terdengar kabar bahwa rakyat mendemonya. Semasa menghadapi peperangan, belum pernah terdengar bahwa siasat perangnya salah. Kekalahan perang disebabkan ketidakdisiplinan pasukan dan tidak disebabkan kesalahan sistemnya. Dan keluarganya sungguh telah melahirkan pribadi yang mumpuni karena beliau memang terkenal sebagai ayah yang teramat bersahaja. Tabligh alias Mengajarkan Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah bersikap kikir alias pelit. Semua ilmu diajarkan kepada semua umat. Beliau tidak pernah bersikap mendua kecuali bersikap dalam akhidah. Atas dasar itulah, Islam membawa kemajuan luar biasa bagi dunia. Eropa adalah daerah bekas kekuasaan Islam yang dapat menjadi bukti nyata: keilmuan begitu maju, bangunan begitu indah, dan kedisiplinan rakyat begitu terasa. Atas segala kelebihan yang dimilikinya itulah, semua makhluk teramat kagum kepadanya. Tidak hanya makhluk bernama manusia, bahkan malaikat pun dibuat bertekuk lutut karena keindahan dan keluhuran akhlak beliau. Lalu, bagaimanakah kita bersikap kepadanya? Seharusnya kita memuliakan beliau sebagai pribadi yang memang mulia. Dalam segala tindakan dan sikap, seharusnya kita selalu berkiblat kepadanya. Dan kita tidak boleh main-main alias menyepelekan meskipun mungkin sekadar bertujuan untuk membuat penasaran pihak lain! --- Kemarin siang, saya menyaksikan sebuah acara yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta. Acara itu menghadirkan narasumber Bapak Dr. (HC) Ary Ginanjar, sang maestro ESQ. Saya benar-benar dibuat takjud dengan isinya. Sungguh acara itu benar-benar membelakkan mata kita. Sebuah teladan telah ditunjukkan oleh Sang Teladan, Nabi Muhammad SAW. Namun, banyak manusia mulai meninggalkan nilai-nilai keteladanan itu. Karena telah meninggalkannya, wajarlah kita mengalami multikrisis di segala sendi kehidupan. Maka, mengapa kita tidak berusaha mengembalikan nilai-nilai keteladanan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, kita meneladaninya dimulai dari diri. Teriring salam, Johan Wahyudi Sumber gambar: Sini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun