Pada awalnya, saya menulis di kompasiana berdasarkan ajakan Omjay. Kebetulan saya memang sangat menggemari dunia kepenulisan. Selain mendukung karierku, saya pun mendapatkan banyak keuntungan dari tulisan: royalty buku, pertemanan, kenaikan pangkat, dan juga nama. Atas dasar itu, saya berusaha menulis sesuatu secara tertib, baik tertib bahasa maupun isi. Saya berusaha menggunakan bahasa Indonesia berdasarkan ketentuan. Selain itu, saya juga memerhatikan isi tulisan agar tidak terkesan memprovokasi atau mengajak pembaca untuk berbuat buruk.
Oleh ayahanda (almarhum), saya dinasihati, “Ingatlah kebaikan orang lain dan segera lupakan kebaikan diri!” Begitulah kalimat yang selalu saya gunakan sebagai dasar untuk menuliskan sesuatu. Setiap mendapatkan kebaikan, saya berusaha menyampaikannya kepada khalayak. Tentunya saya berharap agar tulisan itu menginspirasi pembaca sehingga mereka mengikuti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Suatu ketika, saya mendapatkan kebaikan dari sebuah lembaga, yaitu BNI. Ketika akan menabung ke bank tersebut, saya mendapatkan layanan yang teramat baik. Dua peristiwa berkesan pernah terjadi. Peristiwa pertama berawal dari peristiwa Ulang Tahun BNI ke 65. Saya mendapat suguhan istimewa dari BNI Kantor Cabang Pembantu Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Kejadian itu dapat dibaca di tulisan yang berjudul Terima kasih, BNI-ku.
Peristiwa kedua berawal dari acara Solo Cyber Day. Ketika itu, saya akan mentraktir teman-teman kompasianer di Solo. Tak disangka, uang di kantongku nyaris habis. Untunglah semua harga dapat terbayar lunas. Selanjutnya, saya ingin mengambil uangku di ATM BNI Pasar Nusukan. Tiba-tiba, saya dikejutkan oleh layanan BNI. Dua petugas menghampiriku seraya memberikan payung karena memang hujan turun dengan derasnya. Saya teramat terkesan dengan layanan BNI karena petugas (Satpam) tetap masuk kerja meskipun hari Minggu. Kisah itu dapat dibaca di tulisanku yang berjudul Tak Rugi Jadi Nasabah 20 Tahun Bank Ini.
----
Kemarin sore (Senin, 16 Januari 2012), saya kedatangan tamu yang teramat istimewa. Tamu itu bukanlah tamu biasa, melainkan tamu yang luar biasa. Mengapa saya menyebut demikian? Karena tamu itu hadir dan berkunjung ke rumahku karena tulisanku yang ter-posting di kompasiana. Ya, mereka adalah jajaran direksi dan karyawan BNI Capem UNS Solo.
Jumat sore lalu, saya ditelpon oleh dua penelepon yang belum dikenal. Ternyata, dua penelepon itu berasal dari BNI Solo. Menurut penjelasannya, kedua tulisanku di kompasiana telah diapresiasi oleh pihak BNI. Tulisanku itu dinilai sebagai masukan yang baik bagi BNI. Maka, mereka mendapat perintah dari Direksi BNI Jakarta untuk menemuiku. Selanjutnya, kami menyepakati bahwa pertemuan dapat dilakukan di rumahku pada Senin usai dhuhur.
Sekitar jam 14.00, para tamu itu berkunjung ke rumahku. Kami pun cepat terlibat akrab dan saling bertukar informasi. Saya pun mengajak teman-teman BNI untuk melihat kebun rambutanku sedangkan dua staf wanita membuat minuman. Mohon dimaklum, istriku sedang menjemput ananda ke sekolahnya sehingga saya tidak dapat menyediakan minuman hangat. Keakraban kami bertambah ketika pesanan bakso datang dan terhidang. Terlebih, istriku pun sudah pulang.
Sekelumit kisah kemarin di atas dapat menjadi cambuk bagi kita bahwa tulisan kita sebenarnya dinilai oleh pembaca. Karena berinteraksi di dunia maya, kita pun belum mengenal pribadi secara langsung. Namun, tulisan kita sebenarnya adalah diri kita. Tanpa bersemuka sekalipun, sebenarnya kita mudah mengetahui karakter penulisnya karena tulisan adalah cermin pikiran, alur pikir, perwatakan alias karakter, dan juga sikap. Maka, alangkah baiknya jika kita berusaha menyejajarkan antara tulisan dan pikiran. Kelak tulisan itu tentu akan memberikan kebaikan kepada penulisnya.
Teriring salam,