Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Pak Presiden, Apakah Bapak Menyaksikan Acara Ini?

7 Desember 2011   11:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 719 3
[caption id="attachment_154353" align="aligncenter" width="635" caption="Pak Presiden, mereka adalah rakyatmu yang harus Bapak pikirkan nasibnya."][/caption]

Saya ini termasuk lelaki yang mudah menangis, terlebih jika menyaksikan anak-anak yang menjadi korban atas sebuah tindakan. Air mataku teramat mudah menetes dan mengalir. Entah itu berasal dari penglihatan langsung entah itu pun berasal dari menonton televisi. Maka, tak heran jika saya suka menangis sendirian di depan televise karena saya juga paling menyukai acara-acara humainora, terkhusus acara yang membahas masalah kemiskinan. Tulisanku malam ini pun berkisah tentang ini.

Beberapa hari lalu, saya menyaksikan acara kemanusiaan yang ditayangkan oleh TVOne. Acara itu mengisahkan sebuah kehidupan di daerah Nusa Tenggara Timur (mudah-mudahan tidak salah karena saya agak terlambat mengikutinya). Acara itu berisi tentang upaya anak-anak di sana untuk belajar atau bersekolah. Sungguh saya bergidik alias malu, jengkel, marah, menangis, dan juga nelongso sekali ketika menyaksikan acara itu.

Dikisahkan seorang anak lelaki dari sebuah keluarga miskin. Sebelum berangkat sekolah, anak ini makan pagi alias sarapan. Terlihat anak ini mengambil nasi putih. Lalu, anak ini mengambil air putih. Saya mengira bahwa air putih itu menjadi air minumnya. Ternyata, air putih itu disiramkan ke nasi putih sebagai pengganti sayur. Lalu, anak ini memasukkan sesendok garam. Selanjutnya, anak ini mengaduk-aduk nasi yang sudah tergenang air agar garamnya tercampur. Masya Allah, begitukah kondisi anak-anak bangsaku? Sungguh teramat menyedihkan dan langsung air mataku menetes tak terbendung.

Selanjutnya, anak ini pergi ke sekolahnya. Dua buku ditentengnya. Ia berlari tanpa alas kaki. Dalam perjalanan, anak ini bertemu dengan beberapa kawannya. Maka, mereka pun berlari-lari kecil untuk menuju ke sekolahnya. Bak petir di siang bolong, sekolahnya teramat mirip kandang ayamku. Sangat teramat memprihatinkan. Sekolah itu berdinding dedaunan. Anak-anak dikumpulkan tanpa pembatas kelas. Beberapa guru membimbing mereka sambil berteriak-teriak. Dan sungguh kejadian itu makin memilukan: mereka duduk berdesak-desakan. Luar biasa menyedihkan!

Saya benar-benar tak habis piker, beginikah kondisi (sebagian) dunia pendidikan bangsaku? Saya pun tidak menduga, apakah ini sebagian besar atau sebagian kecil? Saya benar-benar merasa malu karena menyaksikan generasi bangsa ini yang tidak terurus oleh para pemimpinnya. Jika mereka dibiarkan berkehidupan seperti itu, akan jadi apa bangsaku ini pada masa yang akan datang?

Pak Presiden, apakah Bapak menyaksikan acara itu juga? Apakah Bapak mendapat laporan tentang dunia pendidikan dari para menteri dan atau bawahan Bapak? Bagaimana perasaan Bapak ketika mendapat laporan itu? Sudikah Bapak berkunjung ke sana tanpa pengawalan dan atau protokoler sehingga Bapak dapat melihat kondisi itu dengan senyata-nyatanya? Sungguh Pak Presiden, Bapak akan berdosa besar jika membiarkan rakyatmu menderita!

Mereka adalah rakyat jelata. Mereka mempunyai pemimpin. Mereka memiliki hak atas kekayaan bangsa ini. Mereka berhak mendapatkan kesejahteraan seperti yang Bapak terima. Lalu, sudahkah Bapak memberikan hak mereka sedangkan mereka sudah melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara?

Pak Presiden, sungguh Bapak akan didoakan seluruh bangsa ini agar senantiasa sehat jika berkenan memberikan bantuan kepada mereka. Bapak akan dikenang sebagai pemimpin yang rendah hati dan gemar menolong jika Bapak berkenan menjenguk mereka. Dan Bapak akan mendapat predikat pahlawan orang miskin karena Bapak berkenan memikirkan nasib si miskin. Namun, Bapak pun akan mendapat doa kurang baik jika Bapak tidak memerhatikan nasib mereka.

Pak Presiden, berhati-hatilah bersikap kepada si miskin. Bapak perlu mengetahui bahwa doa yang keluar dari mulut orang miskin teramat mudah dikabulkan Tuhan. Apakah Bapak tidak merasa takut jika mereka berdoa yang kurang baik kepada Bapak? Tolong Pak Presiden, saya benar-benar minta tolong, perhatikanlah nasib si miskin! Sebagai warga negara yang baik, saya pun berusaha belajar agar dapat membantu mereka. Dengan segala kemampuanku, saya berusaha berbagi dengan kaum miskin. Jika warga negara biasa saja mau membantu si miskin, tentunya Bapak lebih berkewajiban untuk memikirkan si miskin. Benar, Pak Presiden,  saya menaruh harapan besar agar Bapak segera bertindak dan tidak sekadar beretorika di depan media.

Ini saja yang dapat saya sampaikan kepada Bapak. Mohon maaf Pak Presiden, saya menulis ini di SPBU. Selain bensin mobilku menipis, saya selalu terbayang-bayang nasib si miskin tadi. Selamat malam, Pak Presiden. Semoga Bapak tidak dapat tidur nyenyak setelah membaca tulisan ini. Selanjutnya, Bapak segera bertindak demi rakyat!

Sumber gambar: Sini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun