Bermacam-macam cara digunakan orang untuk mengekspresikan kepuasan. Kadang orang cukup tersenyum tetapi sering pula tertawa terbahak-bahak. Bahkan, ada orang yang mengekspresikan kepuasan hingga berteriak-teriak. Namun, satu hal yang dilupakan, ekspresi kepuasan lelaki dan wanita itu berbeda-beda. Tulisanku malam ini akan mengisahkan ekspresi puas mahasiswiku sore tadi.
Di kampus, saya mengampu dua jenis kelas, yaitu kelas regular dan nonreguler. Kelas regular berisi mahasiswa yang berasal dari Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (SPMB PTN). Kelas nonregular berisi mahasiswa yang berasal dari seleksi mandiri. Rerata mahasiswa nonreguler berasal dari orang-orang yang sudah bekerja. Mereka terlihat lebih tua dan suka “menggoda” ketika mengikuti perkuliahan.
Tadi, saya mengajarkan bahan tentang kalimat efektif. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.Kalimat efektif sering ditandai oleh ketepatan penggunaan piranti bahasa, seperti ejaan, tanda baca, dan pilihan kata. Di antara ketiga unsur tersebut, factor diksi atau pilihan kata menjadi unsur yang paling penting. Oleh karena itu, pembicara dan penulis mesti menguasai penggunaan kata untuk setiap maksudnya. Agar mahasiswa nonregularku mudah memahaminya, saya pun memberikan beberapa contoh.
Kalimat “Teman-teman sudah pada datang” termasuk kalimat yang tidak efektif karena terpengaruh struktur bahasa Jawa “Konco-konco wis podho teko”. Oleh karena itu, kalimat itu mesti diperbaiki sehingga menjadi “Teman-teman sudah datang.”
Kalimat “Kursi itu terbuat daripada kayu” juga termasuk kalimat yang tidak efektif karena kesalahan penggunaan kata daripada. Kata daripada digunakan untuk menyatakan perbandingan. Oleh karena itu, kata daripada mesti diganti dengan kata dari sehingga kalimat itu berbunyi “Kursi itu terbuat dari kayu.” Usai menerangkan bahan perkuliahan, saya pun memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya.
Beberapa mahasiswa tampak mengacungkan jari. Dan tentu saja saya sangat senang karena mereka bersedia menyampaikan gagasannya. Dengan senang hati pula, saya menerangkan setiap pertanyaan mereka. Satu demi satu, saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pada waktu itulah, saya mendengar reaksi kepuasan dari barisan mahasiswi.
Seorang mahasiswiku yang bernama Surip berguman agak nyaring, “O, begitu to.” Sontak kelas menjadi gaduh karena 36 mahasiswa di kelasku tertawa terbahak-bahak mendengar reaksi kepuasan sang mahasiswi. Sebagai pengajarnya, saya hanya dapat tersenyum-senyum karena saya dapat memuaskan mahasiswiku. Mudah-mudahan mahasiswa merasa puas juga. Hahahaha……!!!!