Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

(Sebaiknya) Jangan Suka Menyuruh, Gemarlah Mengajak!

31 Juli 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 386 4

Kita bukanlah penyuruh dan kita juga tidak mau dianggap sebagai pesuruh. Oleh karena itu, kita perlu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sebaiknya kita tidak gegabah karena akan berkesan kurang baik. Hendaknya kita menggunakan bahasa lain untuk menyuruh sehingga orang akan memberikan penilaian positif dengan suruhan itu. Tulisan malamku: Mari Mengajak Kebaikan.

Malam ini terasa istimewa bagiku. Sangat istimewa. Selain seharian terpuaskan dengan beragam acara, malam ini saya mengalami peristiwa yang sangat berkesan. Tak lain dan tak bukan adalah perilaku anak sulungku, Muhammad Zuhdi Alghifari. Malam ini, ananda mengikuti ajakan ayahnya untuk menunaikan ibadah sholat ‘isya dan tarawih ke Masjid Nurul Yaqin di kampungku.

Saat ini, ananda masih duduk di bangku SD kelas 3. Umurnya pun baru 8 tahun.  Semasa kecil, saya sering mengajak ananda untuk pergi ke masjid guna menunaikan sholat maghrib pada hari-hari biasa. Ananda suka sekali diajak ke masjid. Sungguh saya teramat berbahagia. Malam ini, ananda bersedia diajak untuk pergi ke masjid guna menunaikan sholat ‘isya dan tarawih. Wouw, sungguh luar biasa. Meskipun pulang agak malam, ananda terlihat segar dan bersemangat.

Sebagai orang tuanya, saya dan istri berusaha menguji kekuatan kepribadiannya. Saya dan istri akan mengajak ananda untuk ikut berpuasa penuh esok hari dan sholat tarawih. Saya menerangkan bahwa puasa itu sangat baik bagi pembentukan kepribadian. Puasa mendidik kita untuk bersikap jujur dan berperasaan halus. Apa jawaban ananda? “Kulo empun gedhe kok, Pak. Kulo ajeng dherek poso” jawab ananda siang tadi. (Saya sudah besar kok, Pak. Saya akan ikut berpuasa.) Alhamdulillah….!!!

Sebagai orang tua, saya sedikit was-was ketika akan mengajak ananda untuk berpuasa sehari penuh. Pada tahun sebelumnya, puasa ananda masih bolong-bolong alias puasa tengah hari. Saya memberikan apresiasi seraya tidak memaksanya untuk berpuasa. Saya yakin bahwa ananda bersikap jujur ketika berkata, “Pak, kulo luwe.” (Pak, saya lapar.). Saya pun mempersilakan ananda untuk makan. Ramadhan tahun ini, saya optimis bahwa ananda bisa berpuasa penuh. Itu terlihat dari semangatnya yang luar biasa.

Dalam keseharian, saya memang jarang menyuruh ananda untuk bertindak ini dan itu. Saya lebih suka mengajaknya daripada memerintahnya. Saya berkeinginan agar ananda tidak terpaksa melakukan sesuatu. Saya menginginkan ananda agar tersadar secara pribadi sehingga muncul tanggung jawab. Pola pendidikan ini pernah diterapkan ayahanda (alm) kepadaku. Saya teramat terkesan.

Ya Allah, kiranya Engkau berkenan dan saya berharap agar Engkau berkenan, berikanlah kekuatan kepada ananda dan kami untuk mengikuti ajaran-ajaran-Mu. Hamba sungguh berharap agar kelak ananda dapat menjadi generasi di jalan-Mu. Mudahkanlah ananda dalam meraih cita. Sebagai orang tua, berikanlah kepada kami kemudahan jika bertemu kesulitan dan kelapangan jika bertemu kesempitan. Amin ya rabbal ‘alamin.

Selamat Malam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun