Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Menjaga Harta Paling Berharga

15 Juli 2011   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 234 0

Jika sebuah pertanyaan diajukan kepada kita “apakah harta paling berharga?”, tentu kita akan menjawab dengan beragam jawaban. Mungkin kita akan menjawab emas-permata yang berkilauan. Bisa saja kita akan menjawab rumah megah nan bertingkat. Mungkin pula mobil mewah berharga miliaran rupiah. Setiap orang boleh mempunyai alasan dengan jawabannya. Namun, perkenankanlah saya memberikan jawaban: kepercayaan adalah harga paling berharga menurut saya.

Ya, menurutku, kepercayaan adalah harta tak ternilai. Kepercayaan yang dapat dimaknai sebagai sebuah amanat: keyakinan, pekerjaan, anak-istri/ suami dan lain-lain. Maka, berbahagialah kita yang masih diberi kepercayaan. Orang paling sengsara selama hidup adalah orang yang tidak dipercaya orang lain. Teramat kasihan dirinya: keberadaannya dianggap ketiadaan bagi lainnya. Nestapa merundung dirinya dalam keseharian. Maka, jagalah kepercayaan selagi nafas masih masuk-keluar melalui hidung kita. Kisah malamku berawal dari sini: Menjaga Kepercayaan.

Tulisan ini merupakan kelanjutan tulisanku tadi siang: Kekagumanku kepada Penerbitku. Ketika saya datang dan menjumpai editorku, ternyata saya disodori tanggung jawab baru: merevisi bukuku. Alhamdulillah, bukuku diterima pasar dengan sangat baik. Saya berucap syukur kepada Allah karena bukuku laris terbeli. Menurut data terbaru, buku Bahasaku Bahasa Indonesia (Platinum) kelas 7 dan 8 sudah sold out alias terjual habis di pasaran, sedangkan kelas 9 masih tersisa sedikit.

Sebagai bentuk tanggung jawab kepada pengguna, saya diminta penerbit untuk merevisi beberapa bagian buku. Pada intinya, saya diminta untuk meng-up date bahan pembelajaran agar tersesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai penulis, saya harus sanggup dan menyanggupi permintaan itu. Begitulah tanggung jawab penulis kepada editor: menuruti petunjuk sembari berdiskusi untuk mendapatkan produk terbaik.

Penerbit tentu berusaha menjaga kepercayaan konsumen (baca: pembaca dan pembeli). Oleh karena itu, penerbit tentu akan berusaha memberikan produk terbaiknya. Maka, penerbit tentu pula akan memanggil penulis agar berkenan untuk menuruti kehendak pasar. Perlu diingat, penulis buku menulis buku bukanlah untuk dirinya, tetapi untuk orang lain (baca: pembaca).

Demi itu pula, saya menyanggupi kegiatan revisi itu meskipun saya hanya diberi waktu tiga minggu untuk merevisi tiga buku yang lumayan tebal. Rerata satu buku mempunyai sekitar 250-300 halaman. Namun, saya yakin dan percaya diri bahwa saya pasti mampu menyelesaikan revisi lebih cepat dari batas waktu. Itulah yang saya sebut menjaga harta termahal: kepercayaan.

Begitulah para sahabat, sikap dan prinsipku menulis buku. Saya sering mendapat SMS, pesan, telepon dan beragam pertanyaan melalui email tentang kepenulisan buku. Saya senang jika para sahabat tergerak hati untuk menjadi penulis buku. Yakinlah bahwa Anda pasti mampu menjadi penulis buku. Keyakinan dan percaya diri itu akan melahirkan kemampuan. Semua berpulang kepada kesungguhan niatan Anda. Maka, bagaimanakah konsistensi sikap itu? Anda pula yang mesti menjawabnya. Ok? Selamat berkarya.

Selamat Malam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun