Bak sebuah neraca, keseimbangan terjadi di antara 2 sisi, "dada yang ditepuk" dan "selera yang ditanya."
Ini berpotensi menimbulkan masalah, karena dalam bahasa Indonesia kita juga mengenal "nilai rasa." "Nilai rasa" tentunya berkelindan dengan "selera" dan selama kita memiliki selera yang sama akan nilai rasa itu, masalah tersebut tidak muncul ke permukaan.
Contoh: Dimensi
Kata sifat "dalam," kata benda "kedalaman," nilai yang dirasakan banyak orang masih sama, "Kedalaman sungai itu hanya beberapa meter."
Tapi begitu kita memasuki kata sifat "tinggi," kata bendanya, "ketinggian," mulai menimbulkan nilai rasa yang berbeda. Ada yang memaknai ketinggian sebagai: