Jika dalam bahasa Inggris, bentuk jamak dari kata benda tunggal yang bisa dihitung (non-count noun atau countable noun), misalnya "book" ("buku") cukup ditambahi "s" menjadi "books" (buku-buku).
Jadi, dalam bahasa Indonesia kita sudah lazim dengan kata benda jamak seperti: orang-orang, hewan-hewan, sekolah-sekolah, dll. Untuk bentuk jamak dari orang, kita memiliki alternatif, alih-alih mengulang kata dasarnya, kita menggunakan kata "para," misalnya "para cendekiawan."
Secara umum, alih-alih mengulang kata dasar, kita juga bisa menggunakan "bilangan di atas 1," "beberapa," atau "banyak": 3 orang, beberapa orang, banyak orang.
Yang saya temukan menggelikan atau malah konyol adalah ketidaksensitifan orang-orang tertentu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, mengucapkan misalnya "beberapa orang-orang."
Hasil pengamatan saya juga menunjukkan pencampuradukan tunggal dengan jamak sehingga penggunaannya terbalik-balik, yang satu mengambil alih fungsi yang satu lagi (lebih umum adalah jamak menggantikan tunggal). Itulah dinamika bahasa pemersatu kita yang unik.
Masalah yang ditimbulkan oleh pembentukan kata benda jamak ini dalam bahasa Indonesia adalah bahwa kata-kata serapan dari bahasa asing bukan hanya dari bahasa Inggris, tetapi juga dari bahasa-bahasa asing lainnya dengan kaidah pembentukan kata benda jamak yang sama sekali berbeda.
Saya berikan beberapa contoh yang sebisa mungkin saya susun dari kata-kata yang tercatat dalam diary saya.
Roh
Roh atau ruh berasal dari kata Arab ruuh, yang bermakna unsur non-materi yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan.
Bentuk jamak dari roh adalah arwah, jadi kita punya pilihan untuk menjamakkannya menjadi roh-roh atau arwah.
Coba perhatikan kalimat di bawah ini:
Semoga arwah ibunda diterima di sisi Yang Mahakuasa.
Apakah sang ibunda memiliki lebih dari 1 roh?
Alumnus
Kita tidak membedakan jender untuk kata ini, tetapi dalam bahasa asalnya, Latin, alumnus (maskulin) atau alumna (feminin) bermakna siswa atau mahasiswa lulusan sekolah, kolese, universitas, atau institusi pembelajaran lainnya. Bentuk jamaknya lihat foto judul: alumnus atau alumna menjadi alumni, dan alumna menjadi alumnae.
Janggalkah kalimat di bawah ini?:
Beliau adalah alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara pada 2010.
Bakteri
Untuk kata ini kita tidak membuat perbedaan antara yang tunggal (bakterium) dengan jamak (bakteria).
Analisis
Seingat saya, dulu sudah dilakukan pembakuan istilah Inggris berakhiran "is" (tunggal) dengan "es" (jamak), misalnya analysis dan analyses yang kita adaptasi menjadi analisis dan analisa, tetapi sekarang penggunaannya sehari-hari juga bercampuraduk.
Jika kaidah yang sama kita aplikasikan pada kata-kata lain, mestinya kita membedakan antara tesis dan tesa, analisis dengan analisa, sintesis dengan sintesa, hipotesis dengan hipotesa, dialisis dengan dialisa, sinopsis dengan sinopsa, dsb, bahkan basis (basis) dengan basa (base).
Memorandum
Selain bakterium dan bakteria di atas, ini contoh lain kata yang tunggalnya berakhiran "um" dan jamaknya "a" (memoranda). Demikian juga datum dengan data, gimnasium dengan gimnasia, stratum dengan strata, medium dengan media, dsb.
Automaton
Ini contoh kata yang tunggalnya berakhiran "on" dan jamaknya "a" (automata). Demikian pula fenomenon dengan fenomena, kriterion dengan kriteria.
Tunggal "us" jamak "i"
Selain kata alumnus di atas, ada juga kata fokus dengan foki, fungus dengan fungi, kaktus dengan kakti, nukleus dengan nuklei, radius dengan radii, silabus dengan silabi, dsb.
Artikel ini hanya bertujuan mempresentasikan bentuk tunggal dan jamak yang semestinya dari kata benda. Justru penggunaan yang saling campuraduk, atau yang satu menggantikan yang lain, yang memberikan variasi yang indah dalam penggunaan bahasa Indonesia, asal kita tidak mengatakan "beberapa orang-orang" yang jelas-jelas menunjukkan sebuah pengulangan atau penjamakan yang berlebihan.
Jonggol, 16 Agustus 2021
Johan Japardi