Tak berapa lama setelah menayangkan artikel Reminisensi, Mengunjungi Universitas Harvard dan Memberikan Pembelajaran kepada Seorang Mahasiswi tentang Kearifan Indonesia, kepada pak Amril, saya sempat menceritakan tentang peribahasa Minang "Alam takambang jadi guru" yang pernah saya ajarkan kepada seorang mahasiswi Universitas Harvard itu.
Pak Amril adalah pedagang buku yang saya ceritakan dalam artikel Situasi Terkini 3 Pedagang Kawakan Buku Bekas. Pak Amril yang juga orang Minangkabau memberi tanggapan singkat: "Ya pak, kalau orang zaman dulu mana mengenal buku. Ilmu bertani, misalnya, adalah ilmu yang mereka peroleh dengan belajar dari alam itu sendiri."
Sejak SMP kelas 1, sambil sekolah, saya bekerja untuk seorang paman saya dan menerima gaji Rp. 1.000 per 3 hari. Ini jumlah yang lumayan besar. Saya pun lalu diajari oleh paman saya tentang pembukuan sederhana dan hal-hal lain yang saya perlukan dalam bekerja. Satu hal yang tidak diajarkan oleh paman saya adalah bagaimana membaca hari bulan dalam kaitannya dengan pasang surut, mungkin beliau berpikir bahwa saya tidak memerlukan pengetahuan seperti itu.
Sekarang, dengan merenungkan kembali masa lalu itu, saya melihat bahwa:
1. Paman saya adalah seorang pembelajar yang tekun, tapi kebanyakan bahan pembelajaran beliau juga didapatkan dari alam.
2. Dengan segala keterbatasan, orang zaman dulu menjadi bisa lebih fokus belajar. Mereka hanya mempelajari yang perlu-perlu saja, sebagai modal untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
3. Tidak tersedianya kalkulator misalnya, membuat orang zaman dulu lebih lancar berhitung. Ini saya bandingkan dengan orang zaman sekarang yang menjumlahkan saja harus menggunakan kalkulator. Dari Lek Kartim, seorang penebang kayu bakau yang menyuplai kayu batangan kepada paman saya, saya belajar tentang pangkat bilangan yang satuannya 5, misalnya 25 x 25, tahapan perkaliannya tanpa perlu ditulis adalah 5 x 5 pasti 25. Sisanya 2 dan 2. 2 yang pertama ditambah 1 lebih dulu, menjadi 3, lalu dikalikan 2 yang kedua, hasilnya 6. Jadi 25 x 25 = 625. Saya mengamati lebih lanjut bahwa rumus ini berlaku juga untuk pangkat bilangan dengan jumlah satuan = 10.
Hal yang paling berkesan bagi saya adalah aplikasi pengetahuan paman saya dalam membaca hari bulan itu, yang sampai sekarang belum saya pahami. Â Contoh manfaat pengaplikasian itu: