Dari catatan harian, Jakarta, 1 Juni 2015.
Kuberhasrat sang rembulan menampakkan diri
namun, bahkan sekarang malam belumlah tiba
jadi, aku pun menekan niatku untuk
minum di bawah sinarnya
Kuberhasrat sahabatandaku, Mei Yaochen,
berada bersamaku di sini, pada saat ini juga,
tapi kami terpisahkan berabad-abad
jadi, entah sang rembulan itu
menampakkan diri atau tidak,
aku pun menyingkirkan hasratku
untuk minum bersamanya
lalu, bukankah sia-sia
beberapa guci arak
yang sudah kubeli itu?
Catatan:
1. Awalan "tan" yang bermakna "tidak memiliki" saya adaptasi dari istilah lain misalnya tanwarna (colorless).
2. Saya bukan pemuisi, dan puisi ini langsung saya tuliskan karena ada "kilatan gagasan imajinatif" yang berkelebat dalam pikiran saya pada tanggal sesuai catatan harian yang saya sebutkan di atas. Inilah yang dimaksudkan dengan "mengalir" oleh pak Ali Musri Syam dalam komentar atas artikel saya Coba-coba Menyelami Puisi Ali Musri Syam: Buku, Nasibmu Kini.
3. Sebuah puisi yang ditulis setelah kilatan ini berlalu tidak akan seindah dan sesempurna dibanding jika ia ditulis seserta-merta mungkin saat kilatan itu datang.
4. Puisi ini memang tidak saya buatkan judulnya (tanjudul) dan menurut saya "tanmakna."
Biarlah judulnya dirangkum sendiri oleh pembaca dan maknanya menyatu dengan kata-kata yang membentuknya.