Dalam kumpul-kumpul tersebut tercetus sebuah ide, rasanya seperti wahyu Ilahi saja ide itu, yaitu membuat sebuah media yang dapat menyatukan seni, sains dan piknik, yang disampaikan dengan gaya bercerita. Maklum, sebagian besar anak muda ini adalah para penulis sastra, baik puisi, cerita, maupun naskah lakon. Di samping penulis sastra, ada juga di antara mereka yang suka menggambar.
Pertama, adalah soal nama. Dari sekian nama yang diajukan, mulai Berita Seni, Berita budaya, Kresha News dan Angkringan Post, akhirnya dipilih nama Jogja Review. Konsekuensinya, media ini bukan hanya menampilkan berita, namun juga review yang lebih dalam dan komprehensif. Ini jelas ide nekat mengingat anak-anak muda ini belum ada yang memiliki pengalaman kerja di sebuah media profesional. Namun rupanya mereka mau belajar, sehingga hasilnya cukup bisa dinikmati.