Begitu masuk, perhatian Saya langsung tertuju pada sebuah papan besar yg dipajang di dinding menghadap pintu . Di papan itu tertera semua nama pegawai kelurahan. Tentu saja yg nangkring di urutan pertama adalah pak nama pak lurah lengkap dengan titel nya di depan dan belakang nama. Wah, sarjana rupanya. Tapi sayangnya saya tak kenal dia karena memang dia lurah yg ditempatkan oleh pemerintah, jd bukan lurah pilihan warga. Di bawahnya kemudian di sebutkan nama nama pegawai lain yang note bene semua adalah sarjana, kecuali satu nama yg saya sangat kenal, ia adalah anak mantan lurah terpilih dulu, orangnya juga ada , sedang asyik ngopi sambil baca koran di ruangan sebelah. Jabatan dia di sana adalah pembantu umum. Wahhh...seragamnya keren banget. Beruntung sekali dia, bisa jadi pegawai negeri cuma karena ada darah mantan lurah di tubuhnya, padahal Kalau mau ngomongin prestasi...satu satunya berita hebat tentang dia adalah ..berita perselingkuhannya dengan anak gadis yg masih sekolah di SMA yg bikin malu bapaknya sampai ke liang kubur.
Lalu perhatian saya beralih ke pegawai pegawai lain yg berjumlah sekitar enam orang , ke enam sarjana itu terlihat sangat menikmati pekerjaannya, baiklah Saya sebutkan pekerjaan apa itu.
"pagi,pak. Saya mau perpankang KTP." Kata Saya.
"o, ya. Dik. Silahkan isi kotak di sana seikhlasnya, biar Saya buat pengantar utk ke kecamatan."
Bapak sarjana itu kemudian mengambil sehelai kertas, mengetik dua tiga Kata, kemudian memberikan kertas itu kepada Bapak sarjana di meja sampingnya , Lalu dia mengetik juga beberapa Kata setelah itu baru dia berdiri ke meja ujung di dekat pintu ruang kerja pak lurah. Di meja itu duduk juga seorang sarjana dengan Jabatan skretaris desa yg menerima kertas itu sambil Lalu, ia mengambil pulpen di saku bajunya dan memberi tanda tangan dengan kepuasan seperti pecandu kopi kelas supir. Barulah kertas itu di bawa masuk ke ruang pak lurah.
Wahhh, para sarjana itu baru saja mempertontonkan sebuah ritual pekerjaan yg maha hebat yang mereka sebut pengabdian kepada negeri yg mereka cintai.
Setelah menerima kertas itu saya segera keluar sambil membatin, pantesan aja negeriku terseok seok sekian puluh tahun utk membayar pengabdian mereka yg maha hebat itu.
Tabik.