Allah telah menciptakannya dengan begitu banyak kelebihan. Wajah yang lebih dari sekedar tampan, otak yang cemerlang, serta pribadi yang sangat sederhana. Ketika pertama kali bertemu, saya berpikir tentu dia ini adalah jenis manusia yang sangat religius dan serius, calon pemikir hebat dan anti dengan segala macam gemerlap dunia yang melenakan. Tetapi jauh hari kemudian, ketika kita sudah sangat akrab, di teras musholla di mana dia memimpin berbagai kegiatan, saya di buatnya terpana ketika dia menyanyikan sebuah lagu milik Utha Likumahua dengan iringan gitar seorang teman. Suaranya ternyata sangat merdu. Pantas saja, setiap kali dia adzan, lengkingan suaranya mampu membuat kami semua terpaku.
Dialah yang mengobarkan syiar Islam di mushola kami yang dulunya tak lebih dari bangunan pelengkap. Dialah yang meniupkan ruh 'bersaudara' secara islam di dada kami, anak-anak kampung yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain catur, gitar, atau hanya membuang waktu sampai jauh malam. Dialah yang mengajarkan kepada kami bagaimana beragama islam secara benar. Dia pula yang mengajarkan kami untuk berorganisasi agar 'bangunan 'persaudaraan antara sesama muslim menjadi sedemikian kuat. dan dia pula yang mengajarkan kepada kami bagaimana 'sabar' yang sebenarnya. Seperti ketika kegiatan kami di tentang oleh salah seorang ahli waris mushola, yang dengan terang-terangan menjelek-jelekkan namanya, tetapi tidak keluar sedikitpun ucapan balasan dari mulutnya. Ketika hatinya sakit, ia hanya menyingkir dari mushola dengan diam, meskipun kami sempat melihat sebutir air mata di ujung matanya. Tetapi ketika si ahli waris tersebut sakit, maka dia datang menjenguk dengan senyum tulus di bibirnya.
Tak terhitung berapa gadis yang termehek-mehek mencintainya. Mencari perhatiannya setiap waktu. Satu-dua malah berani menyambangi tempat kostnya. Memberi ini-itu untuk mencuri hatinya. Semua dari mereka di tanggapinya dengan baik-baik. Sepertinya ia mempunyai begitu banyak waktu untuk mereka . Malah ada seorang ibu yang sengaja ingin menjodohkan anak gadis untuknya. Ah,..dia telah membuat begitu banyak gadis jatuh cinta.
Dia pula yang mengajari kami untuk berdakwah dengan cara 'menyentuh' bukan 'menyinggung', sehingga semakin banyak orang-orang yang berduyun-duyun ke mushola kami yang kecil itu. Setiap dua minggu sekali, pengajian remaja itu di banjiri begitu banyak jama'ah. Hingga ada diantara mereka yang duduk di teras saja.
Tidak hanya itu, ia juga mendidik kami untuk menjadi guru bagi anak-anak kecil. Ia mendirikan TPA ( Taman Pengajian Anak ). Dan mendatangkan murobbi khusus dari Jogja. Hingga hampir setiap hari, mushola kami selalu hidup dan ramai.
Banyak sekali yang bisa di ambil darinya. Kesederhanaanya, keseriusannya, dan kepiawaiannya memimpin sebuah organisasi, adalah sebuah figur yang sangat layak untuk di jadikan contoh. Sungguh, setiap kali mengenangnya, saya sering sekali merasa kehilangan. Sebab sedikit sekali, seorang teman yang bisa mengubah kita, cara pandang kita sehingga bisa menjadi seseorang yang lebih baik.
_____________________________________________________________________________________________
Untuk teman lama yang mungkin sekarang sudah tidak pernah ingat saya lagi.
Amin Subiyakto.