Mendung mengawali senja sehabis gerimis di pulau dewata. Para bidadari menari menuruni anak tangga pelangi. Menari meyambut kepulan wangi asap dupa yang dibakar dan doa yang dipanjatkan pada Sang Hyang Widhi.
Langkah anggun nan hati-hati putri-putri bali di atas pematang
Raut ramah terpancar sepulang sembahyang
Hati tergerak ingin menyapa tapi lidah kelu kehilangan tenaga
Di tanah ini, di negeri kahyangan ini, untuk menyapa salah satu dara berparas teduh itu aku bahkan butuh keberanian setingkat dewa
Pada sang surya yang hendak beranjak pergi, ku pinta seberkas cahaya tuk terangi dan damaikan hati ku malam nanti.
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham...
21 Juni 2014
HUJAN PERTAMA STELLA
"Ku dengar suara bergemuruh
Apa itu ?
Ku dengar paman dan ibu mengeja sebuah kata:
HUJAN
Ku lihat ke arah jendela
Ku lihat dedaunan basah
Ku lihat mereka bergerak menari bersama yang disebut hujan
Bahagiakah mereka ?
Bahagiakah mereka menyambut hujan seperti bahagia ku punya ibu ?
Hujan belum juga berlalu
Tak lagi ada guruh, namun gemericik air masih terdengar tanpa henti
Dingin kian menjadi
Ibu makin erat mendekap tubuh ku
***
Ia berhenti menangis,
Ku lihat ia menatap ke arah jendela
Telinganya siaga
Ini hujan pertamanya
Hujan pertama Stela
16 April 2014
Bagaimana langit akan cerah bila semua cahaya menghilang pergi bersama mu ?
Langit yang mendung makin murung,
Hujan pun mulai turun
Sehabis Hujan, 28 Februari 2014
Hujan baru saja pergi tanpa meninggalkan jejak di langit, tapi di bumi jejak nya menggenangi tiap cekungan yang ada dan sisa nya mengalir mencari jalan menuju laut lepas.
Pandangan ku terpaku pada genangan air depan rumah ku, pikiran ku ikut tersesat dan buntu di sana.
Jika tidak meresap ke bumi, aku berharap mentari esok hari mampu menguapkan genangan air itu kembali ke langit dan membebaskan pikiran ku yang ikut terperangkap di sana itu
Malam 21 Februari 2014
Bening di mata mu mengalir turun bersamaan dengan rintik yang datang begitu larut. Waktu seolah tak pernah mengerti kita. Saat kehidupan berjalan kejam, waktu tak pernah memberi kita jeda untuk mengisi asa yang makin menipis. Rintik terus turun. Jejak kita perlahan terhapus air hujan yang mengalir pelan.
Malam 20 Februari 2014
Dingin mengerayangi setiap inci alam yang basah diguyur hujan sore tadi
Desau angin terdengar begitu lirih
Satu-satu nya titik cahaya di langit berasal dari seekor kunang-kunang yang terbang berputar mencari arah jalan pulang
Hujan yang turun coba mengertak ku
Aku tak bergeming
Ia pun berlalu
Mungkin ia mengira ku tak takut diguyur basah.
Ia salah
Ia tak tahu kalau langkah kuterlalu berat untuk berlari berlindung dari nya
16 Februari 2014
Pagi
Doa itu ibarat payung atau mantel, ia memang tidak bisa menghentikan hujan(masalah) tetapi ia membuat kita mampu melalui hujan (masalah) dengan baik tanpa menjadi basah kuyup.
Malam
Menanti pelangi sehabis hujan, sayangnya sudah sesore ini hujan masih tak kunjung reda. Mudah-mudahan langit terus menurunkan hujan hingga esok pagi, karena tak mungkin pelangi ku muncul di malam hari.
Cinta itu ibarat cahaya Matahari yang polikromatik, ia akan menjadi pelangi yang indah apabila dibiaskan butir-butir air (orang yang tepat) sehabis hujan di siang hari (waktu yang tepat).
MalamMinggu 8 Februari 2014
Wahai langit malam, mana hujan deras yang kau janjikan kemarin ?
Rembulan pun tersenyum menang.
Hari Ke 414 (4 Februari2014)
Jika kau juga berada ditempat ku pagi ini, kau mungkin akan bertanya seperti ku; “Kemana perginya semua orang pagi ini ?” Jalanan depan rumah ku yang biasanya ramai tampak lengang. Ini tak biasa. Tak ada orang-orang yang lalu lalang di sana, tak ada pekerja kantoran, anak sekolah maupun ibu-ibu rumah tangga yang hendak ke pasar yang melintas di sana. Yang tampak hanyalah ribuan atau mungkin jutaan tetes air hujan yang jatuh, berlomba saling mendahului satu sama lain menuju bumi kemudian berkumpul bersama dan mengalir membentuk pola yang ku yakin tak seorang pun akan mengerti. Satu hal yang ku tahu, jika tak meresap ketanah, kumpulan air itu akan mengalirke laut atau menunggu matahari merubahnya menjadi uap yang kemudian menjadi awan dan pada akhirnya kembali menjadi hujan akibat proses kondensasi.
Bicara tentang sepinya jalanan pagi ini membuat ku teringat dan mencari matahari, sudah seminggu lebih ini ia sering tak tampak pada pagi hari. Jam delapan lewat pagi ini ia masih belum tampak. Mungkin inilah sebabnya jalanan depan rumah ku akhir-akhir ini selalu lengang. Mungkin orang mengira hari masih pagi lantaran tak ada cahaya mentari yang biasa membangunkan mereka lewat celah-celah jendela kamar mereka. Atau mungkin saja hawa dingin terlampau erat memeluk raga mereka sehingga rasa kantuk dan malas jadi begitu digdaya.
Jalanan masih lengang.
Aku tak peduli.
Aku bersyukur hari iniaku masih bisa bangun pagi.
Aku siap menjalani hari (hari buruk) ku.
Hari ke 414 sakit
3 Februari 2014
Jatuh cinta, cemburu dan patah hati itu mirip. Sama-sama merupakan keadaan di mana LOGIKA kehilangan kendali atas perasaan. Itulah sebabnya mengapa orang sering melakukan hal 'bodoh' saat berada dalamsituasi ini.
Saat RASA menguasai INDRA, semuanya akan menjadi begitu luar biasa, entah baik atau pun buruk. Saat LOGIKA menguasai INDRA, semua akan baik-baik saja.
1 Februari 2014
Mentari belum juga menampakan diri, padahal sudah tengah hari
Ada tanya dalam diri;
Mungkin kah ia ikut pergi bersama berakhir nyaJanuari ?
Mata masih menatap langit, terus mencari
Namun yang ku temui hanyalah mendung di awal februari
Rintik yang turun mengajak dedaunan ikut menari
Mereka menari tanpa peduli ku menatap iri
Mereka menari tak peduli aku sendirian
19 Januari 2014
Rintik yang jatuh ke tanah, berusaha memantul kembali ke atas langit....
Mission Imposible
17 Januari 2014
Musim Tanam
Cinta itu ibarat benih jagung (konteks petani Maumere) yang membutuhkan Hujan (orang dan moment yang tepat) untuk menumbuhkan nya.
Insomnia
Risau dan kantuk masih terus berkompromi tanpa titik temu.
14 Januari 2014
Kegagalan dan rasa sakit adalah proses yang mentransformasi baja menjadi perisai dan pedang.