Menjuarai AFF U19 dan lolos ke AFC U19 dengan mengalahkan Korsel, pemberitaan dan segala pujian untuk timnas U19 mengalir dengan deras bahkan agak berlebihan. Memang, timnas U19 perlu diapresiasi karena berhasil menorehkan prestasi ditengah carut-marut sepak bola nasional, masyarakat Indonesia seperti menemukan emas diantara timbunan jelaga. Tetapi, dengan prestasi tersbut, ekspektasi masyarakat pada timnas ini menjadi terlampau tinggi. Coba lirik negara-negara lain, prestasi timnas juniornya tidak diekspos besar-besaran, apalagi timnas Indonesia U19 belum bicara banyak, baru sebatas kompetisi ASEAN dan baru lolos ke piala AFC saja. Beban untuk membuktikan bahwa timnas ini bukan sekadar tim
one hit wonder menggantung di pundak Evan Dimas, dkk. Melawan Brunei yang pernah mereka kalahkan dengan skor telak tahun lalu, membuat timnas U19 - di atas kertas- lebih unggul. Tapi satu yang masyarakat Indonesia dan timnas lupa: bola itu bundar, bahkan Liverpool yang bisa mengalahkan MU pun bisa kalah dari Oldham Athletic. Merasa lebih superior daripada lawannya dan ketinggalan 1 gol lebih dulu, beban di pundak punggawa timnas semakin berat, ditambah strategi parkir bus Brunei membuat mereka frustrasi dan hilang konsentrasi. Gol-gol Adi Said terjadi akibat kesalahan kontrol &
passing dari bek & pemain tengah,juga
positioning yang jelek sekali dari kiper Ravi pada gol ke-2 dan ke-3. Banyak orang menyalahkan Brunei yang memarkir bus. Parkir bus adalah salah satu strategi untuk membendung lawan yang lebih superior, jika anda tahu anda akan kesulitan menguasai bola dan menyerang, apa yang anda lakukan? Hal paling mungkin dilakukan adalah dengan menumpuk pemain, melakukan intersepsi kemudian mengirim bola jauh ke depan untuk melakukan serangan balik. Kekalahan timnas kemarin malam bukan hanya terjadi karena kebuntuan Indra Sjafrie dalam mengatasi strategi parkir bus saja, tapi juga karena ketidaktenangan pemain timnas karena memanggul ekspektasi yang begitu besar di pundak mereka. Setelah kesuksesan mereka tahun lalu, Timnas U19 menjadi lebih sering diekspos, pemain merasa di atas angin, lebih kuat dan lebih hebat daripada lawannya. Sebelum juara piala AFF U19 tahun lalu, mungkin hanya sedikit orang saja yang tahu bahwa timnas U19 itu ada dan tidak dibebani ekspektasi besar dalam turnamen tersebut. Terbukti, tanpa ekspos besar-besaran dan tanpa ekspektasi besar mereka berhasil memberi kejutan dengan menjuarai AFF 2013. Sebaiknya, jangan membebani timnas U19 dengan ekspektasi besar dan jangan memuji timnas ini secara berlebihan. Tapi, ah rasanya sulit untuk tidak memuji dan merayakan kemenangan mereka ditengah keterpurukan prestasi sepak bola timnas senior.
KEMBALI KE ARTIKEL