Mohon tunggu...
KOMENTAR
Analisis

Fakta Tersembunyi tentang TBC: Tantangan dan Strategi Cerdas Menangani Epidemi di Jakarta

7 Januari 2025   22:14 Diperbarui: 7 Januari 2025   22:14 22 0
Tuberkulosis (TBC) bukan hanya sekadar penyakit paru-paru biasa---ia adalah ancaman kesehatan global yang terus mengintai, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Pada paruh pertama tahun 2024, sebanyak 30 ribu kasus TBC tercatat di DKI Jakarta. Angka ini mencerminkan tantangan besar bagi sistem kesehatan Indonesia. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan deteksi 90% dari seluruh penderita TBC pada tahun ini. Lantas, apa yang membuat penyakit ini begitu sulit diatasi, dan bagaimana kita bisa berperang melawan TBC secara lebih efektif?

1. TBC: Lebih dari Sekadar Batuk dan Demam

TBC dikenal luas sebagai penyakit yang menyerang paru-paru. Namun, tahukah Anda bahwa bakteri Mycobacterium tuberculosis juga bisa menyerang organ lain seperti tulang, ginjal, bahkan otak? Pada beberapa kasus, TBC bisa berkembang menjadi meningitis TB, yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang, kondisi yang sangat berbahaya dan membutuhkan pengobatan intensif.

Namun, TBC sering kali tidak menampakkan gejala pada tahap awal, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Inilah yang membuat TBC sulit terdeteksi. Banyak orang bisa saja membawa bakteri ini tanpa sadar, menularkannya kepada orang lain tanpa menunjukkan tanda-tanda penyakit.

2. Cara TBC Menular: Lebih Dari Sekadar Batuk dan Bersin

Salah satu hal yang membuat TBC begitu mudah menyebar adalah kemampuannya untuk menular melalui tetesan udara yang keluar dari tubuh penderita saat mereka batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernyanyi. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga jarak, terutama di ruang yang padat dan kurang ventilasi. Bakteri TBC sangat rentan terhadap sinar matahari langsung, namun bisa bertahan hidup selama berjam-jam di tempat yang gelap dan lembab---seperti di dalam ruangan yang tidak mendapat cukup cahaya.

3. Stigma: Musuh Terbesar Pasien TBC

Stigma terhadap penderita TBC adalah salah satu hambatan utama dalam upaya pengendalian penyakit ini. Banyak orang yang masih menganggap TBC sebagai penyakit yang memalukan atau hanya menyerang orang yang tidak menjaga kebersihan. Padahal, siapapun bisa terkena TBC, terlepas dari kebersihan pribadi atau gaya hidup mereka. Stigma ini menyebabkan pasien sering kali menunda pengobatan atau bahkan menyembunyikan kondisi mereka, yang justru memperburuk keadaan dan memperpanjang penyebaran penyakit.

4. Meningitis TB: Ancaman yang Tidak Terlihat

Dari berbagai bentuk TBC, meningitis TB adalah yang paling mematikan. Infeksi pada selaput otak ini bisa menyebabkan kerusakan permanen pada sistem saraf pusat. Gejalanya sering kali samar, seperti sakit kepala parah dan muntah, yang mudah disalahartikan sebagai masalah kesehatan ringan. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan yang cepat sangat penting untuk mencegah kematian akibat meningitis TB.

5. Target 90%: Bagaimana Mencapainya?

Kemenkes menargetkan untuk mendeteksi 90% penderita TBC pada tahun 2024. Ini bukanlah target yang mudah tercapai, mengingat masih banyak orang yang tidak tahu mereka terinfeksi TBC atau enggan untuk berobat karena stigma atau kurangnya pengetahuan. Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk mencapainya antara lain:
*Penyuluhan dan Edukasi: Menghilangkan stigma TBC dengan memberikan informasi yang akurat tentang cara penularan dan pentingnya pengobatan.
*Akses Pengobatan: Mempermudah akses ke tes TBC dan pengobatan, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
*Peningkatan Deteksi Dini: Menggunakan teknologi terbaru, seperti tes molekuler cepat, untuk meningkatkan deteksi dan diagnosis TBC.


Menanggulangi TBC bukanlah tugas yang bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, masyarakat, dan individu untuk mengurangi penyebaran dan dampak penyakit ini. Dengan memahami cara penularan, menghilangkan stigma, serta mendukung upaya deteksi dan pengobatan dini, kita dapat mewujudkan target 90% deteksi pada tahun 2024. Tuberkulosis mungkin masih menjadi ancaman, namun dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat, kita bisa menanggulanginya bersama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun