Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

... Bosku Sayang, "Kami Bukan Mesin" ...

24 Juli 2010   01:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38 556 0
Ketika seorang pemimpin menghadapi anak buah, sebenarnya sikap terbaik seperti apa yang harus ditunjukkan agar anak buah menjadi segan karena menghormati dan loyal, bukan karena takut ? Pertanyaan ini seringkali muncul dalam benak saya. Dua kali bekerja di tempat yang memiliki atasan yang kadang terlihat seperti hendak memangsa korban, membuat saya semakin bertanya apakah budaya organisasi yang seperti itu pantas dipertahankan ? Apakah para pimpinan puas melihat anak buahnya bekerja di bawah tekanan dan ketakutan hanya dengan melihat wajah atasan ? Saya rasa hal ini perlu diluruskan. Kalau hanya satu orang anak buah yang merasa memiliki atasan seperti itu, mungkin memang kesalahan terletak pada pribadi anak buah. Namun, apabila hal ini adalah penilaian kesepakatan seluruh anak buah, wah saya rasa memang ada yang salah dalam pribadi si atasan.Dalam ilmu Public Relation diajarkan ilmu "Komunikasi Dalam Organisasi".  Perilaku atasan yang tidak bisa melakukan komunikasi dengan baik terhadap anak bawah, pastinya akan susah mendatangkan keakraban antara anak buah dengan atasan. Seolah, ada kasta antara si atasan dan anak buah. Padahal, cara termudah untuk mendatangkan rasa hormat dan loyalitas yang tulus dari karyawan, adalah dengan merangkul bawahan, menjadikan mereka sebagai "rekan kerja" bukan "mesin". Ini yang harus diperbaiki, karena ketika karyawan bekerja di bawah tekanan karena ketakutan atasan marah, pekerjaan yang dikerjakan hanya akan dikerjakan setengah hati. Budaya organisasi yang seperti ini seharusnya diluruskan. Ketika bertemu atasan, yang sangat sombong, galak dan semena-mena, wah ini menjadi tantangan luar biasa. Seringkali karena perkembangan dunia saat ini, manusiapun disamakan dengan mesin. Kalau memang begitu, kenapa tidak sekalian seluruh perusahaan menggunakan robot sebagai karyawannya ? Seharusnya, setiap perusahaan punya evaluasi terhadap kinerja para atasan terhadap bawahannya, bukan hanya para bawahan yang selalu dievaluasi. Steven Howard di dalam bukunya yang berjudul "Corporate Image Management : A Marketing Disipline For The 21st" , mengatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi corporate image yaitu pesan visual yang terlihat melalui logo dan nama perusahaan, pesan verbal yang terlihat melalui visi dan misi perusahaan, dan yang terakhir adalah merupakan faktor penentu penyebab kehancuran suatu perusahaan yaitu berdasarkan "Behaviour"Image seluruh karyawan. Bukan hanya terletak pada anak buah, namun sampai jenjang managerial tertinggi, bahkan pelayanan recepcionist dan satpam sangat menilai image suatu perusahaan. yang positif harus datang terlebih dahulu dari dalam perusahaan. Dimana sudah ada loyalitas yang tinggi dari para karyawan terhadap perusahaan dan pekerjaan mereka. Setelah itu, barulah image yang berasal dari publik eksternal perusahaan, ini bisa dibawa oleh para karyawan sendiri keluar, atau pengunjung yang datang ke perusahaan dan melihat langsung. Contohnya, mahasiswa yang magang atau praktek kerja lapangan di perusahaan tersebut, mereka merupakan publik eksternal yang bisa mendatangkan penilaian bagi kinerja perusahaan tersebut. Image merupakan hal yang paling penting selain IT suatu perusahaan, ataupun faktor bisnis suatu perusahaan yang sering dianggap paling penting. Karena image yang positif akan mendatangkan goodwill bagi suatu perusahaan, dan reputasi yang positif bagi perusahaan. Perilaku karyawan itu hal yang paling menentukan, masa depan suatu perusahaan. Kalau pimpinan tidak bisa membangun komunikasi yang baik dengan bawahan, kemudian bawahannya menjadi tidak loyal, lalu bagaimana kelangsungan masa depan perusahaan tersebut ...???

... By : Aya ...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun