Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Haruskah Jokowi Dimakzulkan?

12 Februari 2015   02:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22 553 7


Ketika Dahlan Iskan bicara bahwa untuk jabatan Presiden takdirlah yang berkuasa banyak yang setuju mengamininya. Saat Dahlan kemudian menjatuhkan pilihan pada Jokowi-JK banyak yang mengernyitkan kening, sebagian malah menggelengkan kepala menolaknya.

Siapa yang jadi Presiden tentu tak lepas dari takdir Tuhan. Tapi menjatuhkan pilihan untuk memilih siapa Presiden terbaik, Tuhan jelas telah memberi manusia kebebasan dengan akal sehatnya.

Dengan akal dan panca indera itu kita bisa berpikir dan mengamati. Dari rekam jejak Jokowi selama ini, dari apa yang kita lihat di media dan kenyataan yang sebenarnya, benarkah Jokowi memang pantas untuk memimpin negeri ini.

Bahwa Jokowi punya niat baik iya. Tapi kalau sekedar niat baik bukankah setiap orang rasa rasanya juga memilikinya. Bila niat baik saja tidak punya itu sama dengan penjahat  namanya. Jokowi tentu bukan penjahat negara tapi apa yang sudah ia pertontonkan selama ini bisa menjadikan negara ini bahkan menjadi bangkrut dan bubar selamanya.

Terlalu banyak janji yang diingkari. Terlalu banyak intervensi. Bahkan politik balas budi itu kentara sekali. Kalau seperti itu terus kapan Presiden bisa mandiri. Bukankah tidak salah bila publik menjulukinya sebagai Presiden boneka.

Buat apa membentuk tim 9 soal Polri – KPK bila kemudian ditinggal pergi ke Malaysia hanya untuk menjadi pecundang. Bagaimana mungkin seorang Presiden RI bisa digiring seenaknya untuk menyelamatkan industri mobil Malaysia yang sedang sekarat.

Dahlan Iskan jelas jujur saat mengatakan bahwa dia sendiri tidak tahu apakah pilihan politiknya mendukung Jokowi – JK itu benar atau salah. Kini publik pun rasanya juga tidak perlu membuktikan kepada Dahlan mengenai kebenaran hasil ijtihad politiknya tersebut. New hope terbaru Dahlan soal kemandirian anak bangsa jelas menyindir kebijakan Jokowi soal mobil nasional yang salah kaprah itu.

Ini baru permulaan saja, bila Jokowi tetap jadi Presiden kelak mata kita mungkin akan makin terbelalak dengan berbagai kebijakan yang bahkan sudah tidak bisa dinalar lagi oleh logika.

Membatalkan seorang tersangka jadi pejabat negara bukankah tidak perlu logika yang hebat hebat amat. Tinggal berani apa tidak, itu saja. Kalau soal segamblang itu Presiden susah memutuskan bagaimana dengan persoalan lainnya yang lebih rumit pemecahannya.

Sebagai Presiden, Jokowi bukannya tanpa prestasi sama sekali. Ketegasannya menolak grasi terpidan mati narkoba dan kejeliannya menemukan menteri seperti Puji Astuti tentu layak diapresiasi. Tapi ibarat nilai, score masih banyak minusnya. Jokowi harus mulai berubah bila ia tidak mau dimakzulkan.

Memakzulkan Jokowi juga bukan pekerjaan mudah meski tidak mustahil dilakukan. Memakzulkan Jokowi ibarat membuka kotak pandora. Kita tidak tahu apa yang bakal keluar setelah kotak terbuka. Makanan yang kita harapkan, racun mematikan yang kita dapatkan. Bukannya angin sepoi sepoi malah angin ribut dan badai yang keluar.

Hanya Tuhan yang tahu apa isi kotak pandora itu sebenarnya. Sebagai manusia kita tentu punya nalar dan kekuatan untuk berusaha. Kita tentu tidak ingin bangsa ini hancur gara gara Jokowi seorang. Tapi Kita juga tidak ingin pemimpin kita dipermalukan. Kecuali Presiden dengan sengaja mempermalukan dirinya sendiri dengan selalu diam dan patuh saat diintervensi.

Cukup sudah peristiwa G30S/PKI dan kerusuhan 1998 sebagai huru hara terakhir pergantian kekuasaan. Kalaupun harus mengganti Jokowi di tengah jalan kita berharap tidak ada satu nyawapun yang hilang di jalan. Bangsa ini sudah terlalu letih untuk kembali pada konflik politik berkepanjangan.

Bila Tuhan memang mentakdirkan Jokowi tetap di istana hingga lima tahun kedepan, semoga ada perubahan dari Presiden Jokowi menuju yang lebih baik. Bila Tuhan memang mentakdirkan usia jabatannya tidak lama lagi semoga ini adalah jalan terbaik bagi bangsa ini. Sebagai pelajaran bahwa bangsa ini bisa melewati pergantian kekuasaan di tengah jalan tanpa ada kekerasan.

Semoga Presiden cepat tanggap dan memahami gejolak sebagian besar rakyat yang resah di bawah kepemimpinannya. Jangan sampai menunggu rakyat melakukan revolusi yang berujung anarki. Jokowi tentu ingin dikenang sebagai negarawan. Bukan kenangan buruk sebagai kesalahan terbesar yang pernah dilahirkan oleh republik ini...

Salam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun