Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Jokowi dan Esemka

9 April 2014   21:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 240 5
Ketika Joko Widodo menjadi walikota Solo, kota yang dipimpinnya tersebut menjadi kota vokasi pertama di Indonesia, tepatnya pada tahun 2007. Kota vokasi adalah istilah yang dipakai pemerintah pusat untuk menjelaskan bahwa di kota tersebut terdapat lebih banyak, atau sebanding jumlahnya sekolah kejuruan (atau vocational school) dari sekolah umum. Sebagai kota vokasi pertama di Indonesia, pemkot Solo berkepentingan untuk mendukung penuh para siswa kejuruan untuk selangkah lebih maju. Sebagai walikota, Jokowi menganggarkan beberapa kebijakan pendukung sehingga produk-produk karya para siswa kejuruan itu bisa dipamerkan ke berbagai kota. Salah satunya adalah mobil rakitan yang dinamai Kiat Esemka. Jokowi menjelaskan latar belakang mobil Esemka pada acara Indonesian Youth Changemakers Summit di Bandung pada Februari 2012. Penjelasan Jokowi mengenai mobil Esemka dapat disaksikan mulai menit 32.00 hingga selesai Credit video : idchangemakers at youtube Dalam video yang dibuat pada bulan Februari 2012 silam, sebelum Jokowi menjadi calon gubernur Jakarta, kita bisa mendengar penjelasan lengkap kelahiran mobil Esemka. Rupanya telah tiga tahun lamanya mobil Esemka ikut pameran di kota Jakarta, Bandung dan Surabaya serta di Solo sendiri, namun seolah tak ada yang peduli bahwa anak-anak Indonesia itu telah mampu merakit sendiri sebuah mobil. Seolah publik kita abai bahwa merakit sebuah mobil dengan merek sendiri, bukan merek asing, berarti juga memiliki nilai tinggi sebagai mobil nasional. Jokowi yang selama menjabat walikota Solo dikenal sangat peduli dengan tumbuhnya produk-produk dalam negeri agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri pun menjadi gemas. “Saya lalu minta agar para siswa itu membuatkan saya mobil Esemka untuk mobil dinas walikota dan wakil walikota Solo”. Tepat pada tahun baru 2012 mobil Esemka edisi Rajawali rampung dirakit dan diserahkan pada Jokowi dan wakilnya yang dengan bangga memamerkannya pada seluruh dunia bahwa siswa-siswa  Indonesia juga memiliki mobil buatan sendiri. Walikota Solo, Joko Widodo dan wakil walikota Solo Hadi Rudyatmo menerima dua mobil Esemka sebagai mobil dinas. Credit photo : Dwi Prasetya/SoloPos Memiliki mobil nasional bagi Jokowi adalah kebanggaan, dan juga didukung fakta bahwa propinsi Jawa Tengah adalah sentra karoseri perakitan mobil ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) Asing. Industri peraktian mobil untuk ATPM Asing di Jawa Tengah ini ditunjang oleh komponen-komponen pendukung yang dihasilkan oleh industri setempat yang pekerjanya juga banyak dari lulusan SMK. Melihat celah tersebut, dan kerjasama antar SMK yang bisa saling tunjang sebagai after-sales-services, Jokowi sangat optimis untuk terus mendukung Esemka menjadi merek mobil nasional. Tentu saja langkah Jokowi ini tidak mudah. Selain menghadapi sinisme terhadap kemampuan menghasilkan produk dalam negeri juga karena cengkeraman pengusaha asing yang berkepentingan agar Indonesia tetap jadi pasar empuk bagi produk asing. Kendala yang dihadapi Jokowi untuk mendapatkan surat laik jalan bagi mobil dinas Esemkanya saja sangat berliku. Sama sekali tak ada bantuan bagi produk anak-anak SMK itu, dan harus mau disejajarkan dengan produk Eropa agar bisa lolos uji emisi. Mobil Esemka pun harus tiga kali dibawa ke Jakarta untuk mengikuti uji emisi. Sandungan berikutnya adalah ketika pemkot Solo berusaha mengawinkan aspek pendidikan dan bisnis mobil Esemka melalui kelahiran PT Solo Techno Park sebagai produsen resmi mobil Esemka. Meski akhirnya PT Solo Techno Park berdiri setelah Jokowi menjadi gubernur Jakarta dan mulai berproduksi, namun rekanan yang semula siap sedia menjadi mitra pemasok komponen satu persatu mengundurkan diri. Yang perlu dicatat, para rekanan tersebut yang mengundurkan diri adalah juga menjadi pemasok bagi industri karoseri bagi ATPM Asing. Tak hanya misteri mundurnya para rekanan pemasok komponen yang mengakibatkan lambatnya produksi mobil Esemka oleh PT Solo Techno Park. Rupanya pemerintah pusat juga tak serius membantu. Janji yang sempat terlontar dari pemerintah pusat untuk menggelontorkan dana untuk membangun gedung perakitan tidak juga terlaksana hingga September 2013 sebagaimana dilaporkan laman berita Okezone dengan judul yang sangat getir; “Gedung Tempat Perakitan Esemka Kini Menjadi Kandang Sapi”.  Dana yang dianggarkan pemkot Solo sebesar Rp 6 milyar sudah dituntaskan untuk membangun PT Solo Techno Park namun dana penunjang dari pemerintah pusat tak kunjung turun. Masih menurut laporan dari laman Okezone, kementrian perdagangan, pendidikan hingga PU, hingga kini belum juga memberikan kejelasan kapan akan merealisasikan janji dukungan tersebut. Yang terjadi justru izin lahirnya peraturan bebas pajak bagi mobil dari ATPM asing ber-cc kecil yang disebut LCGG (low cost green car).  Mobil merek asing yang dirakit di Indonesia ini dijual dengan harga yang murah dan sepadan dengan harga mobil Esemka. Pemerintah pusat nampaknya memang lebih peduli pada mobil LCGG yang dipromosikan sebagai mobil ramah lingkungan karena “diwajibkan” memakai pertamax. Namun ternyata mobil LCGG ini tak seramah namanya karena juga menjadi mobil perambah subsidi BBM alias penyedot bensin premium seperti diwartakan Sriwijaya Post. Mimpi Jokowi agar Indonesia mampu memiliki mobil nasional nampaknya masih sangat panjang. Ia harus menjadi presiden dengan legislatif pendukung yang kuat untuk melawan kepentingan ekonomi yang ingin menafikan produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun