Dan aku, akupun berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang itu, tapi dengan kepala dan hati yang batu. Ketika mereka teriak-teriak, aku bergumam, "apa-apaan...?". Ketika mereka loncat-loncat, akupun loncat-loncat. Bedanya, mereka terlihat semangat, aku malah geli, "ini kok kayak ayan yang lagi kumat?". Ketika mereka mendengar kisah haru si motivator dengan wajah empati yang sendu, hatiku malah beku.
Ketika mereka sibuk berlatih menuliskan impian-impian berskala milyar rupiah bahkan trilyun, aku malah memaki dalam hati : bullshit. Kumaki juga diriku yang sudah dengan tolol mau mengikuti seminar yang mirip upacara dari suatu sekte itu.
Apa yang terjadi denganku? Kenapa motivasi-motivasi itu tak bisa menggerakkan hatiku? Sudah begitu bebalkah aku? Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang itu yang tampak bersemangat dan sepertinya menyimpan tekad yang kuat untuk melakukan langkah-langkah hebat?
Nggak tahulah. Yang jelas, jauh setelah seminar itu berlalu aku melihat diriku : tak juga kaya-kaya. Mungkin memang pantaslah begitu. Mungkin itulah kutukan bagi hati yang beku. Tapi, apa kabarnya mereka yang loncat-loncat dengan penuh semangat itu? Sudah kaya semuakah mereka?