Di awali untuk mendengar pertanyaan siapa yang menguasai  dunia ?
Negara-negara adikuasa atau aktor  perusahaan raksasa ? Negara dan para aktor ini memainkan peranan global kekuatan ini memegang kekuasaan besar juga didalam negeri. Kita melirik pada kebijakan negara terbaru. Kemitraan Indo-Pacifik.
Preseden historis untuk Indo-Pasifik sebagai ruang yang diperebutkan secara politik berasal dari zaman kuno; di era kolonial Eropa, kepentingan komersial menyebabkan penaklukan oleh kekuatan seperti Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Inggris di seluruh wilayah tersebut.
Ahli geopolitik Jerman Karl Haushofer pertama kali menggunakan "Indo-Pasifik" pada tahun 1920-an dalam beberapa karya tentang geografi dan geopolitik: Geopolitik Samudra Pasifik (1924), Blok Bangunan Geopolitik (1928), Geopolitik Pan-Ide (1931), dan Politik Budaya Jerman di Ruang Indo-Pasifik (1939). Haushofer melegitimasi integrasi kedua samudra tersebut melalui bukti dalam biologi laut, oseanografi, etnografi, dan filologi sejarah. Ia membayangkan "Indo-Pasifik" yang terdiri dari kekuatan antikolonial di India dan Tiongkok, sebagai sekutu Jerman melawan dominasi maritim Inggris, Amerika Serikat.
Istilah ini pertama kali muncul dalam penggunaan akademis dalam oseanografi dan geopolitik. Beasiswa telah menunjukkan bahwa konsep "Indo-Pasifik" beredar di Jerman Weimar, dan menyebar ke Jepang antarperang. Ahli oseanografi politik Jerman membayangkan "Indo-Pasifik" yang terdiri dari India antikolonial dan Tiongkok republik, sebagai sekutu Jerman, melawan "Euro-Amerika" Sejak akhir 2010-an, istilah "Indo-Pasifik" semakin banyak digunakan dalam wacana geopolitik. Ini memiliki "hubungan simbiosis" dengan Dialog Keamanan Quadrilateral, atau "Quad", pengelompokan informal antara Australia, Jepang, India, dan Amerika Serikat. Telah diperdebatkan bahwa konsep tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam "peta mental" populer tentang bagaimana dunia dipahami dalam istilah strategis. Menurut ilmuwan politik Amitav Acharya, "Indo-Pasifik" adalah sebuah konsep yang dibangun oleh para ahli strategi. Indo-Pasifik mulai mendapat tempat dalam literatur hubungan internasional sebagai tantangan geopolitik AS.
Republik Indonesia di Pasifik yang tersurat dalam sejarah.
Pada bulan Juni 1927, buku  Sam Ratulangi "Indonesia in de Pacific" diterbitkan. Buku itu dianggap visioner dalam isinya, di mana Sam Ratulangi memperingatkan terhadap militerisasi Jepang dan meramalkan kemungkinan bahwa Jepang mungkin menyerang kepulauan Indonesia karena sumber daya alamnya yang tidak dimiliki Jepang. Dia menggambarkan peran utama Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara di sekitar Lingkar Pasifik dapat bermain di mana Samudra Pasifik bisa menyamai pentingnya Samudra Atlantik.
Sang Pahlawan Nasional, tahun 1914 adalah Ketua Perhimpunan Indonesia, tahun 1919, di Universitas Swiss, mendapat gelar Doktor Ilmu Pasti Alam.
Masa lalu adalah P Jawa, Sumatera dan masa depan adalah Di Timur Indonesia. Prediksinya terbukti.
Hal ini merupakan sebuah pemikiran intelektual yang luar biasa, dan terbukti bahwa saat ini dari 15 perusahaan tambang terbesar di Indonesia, 10 di antaranya mengeruk bahan tambang mineral di wilayah Indonesia timur.
Mereka adalah PT Kaltim Prima Coal di Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur; PT Freeport Indonesia di Grasberg, Papua; PT Vale Indonesia Tbk di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; Adaro Indonesia di Kalimantan Selatan; Perusahaan Berau Coal di wilayah Berau, Kalimantan Timur; Kideco Jaya Agung di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur; PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di Kalimantan Tengah, Selatan dan Timur; PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Kaupaten Sumbawa Bara, NTB; PT. Arutmin Indonesia di Kalimantan Selatan; dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk di Sulawesi Utara.
Sementara itu Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Survei Geologi pernah menyebut lima wilayah di kawasan timur Indonesia, memiliki potensi ditemukannya lapangan minyak dan gas (migas) raksasa. Salah satunya adalah blok Selaru di Maluku dan blok Masela di laut Arafura, Papua Selatan.
Berbagai potensi ekonomi sebagaimana dikemukakan di atas menegaskan betapa Indonesia bagian timur memiliki potensi yang besar untuk berperan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional masa depan.
Oleh karena itu, sepantasnya, Pemerintah Indonesia terus membenahi dan meningkatkan kualitas infrasturktur dan SDM yang menunjang pengembangan dan keberlanjutan ekonomi digital, ekonomi kreatif dan industri pertambangan di kawasan Indonesia bagian timur. Tentu saja langkah tersebut perlu dibarengi dengan upaya kongkret untuk mengatasi berbagai kesenjangan di bidang pelayanan dan kualitas pendidikan, pelayanan dan kualitas kesehatan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, ketersediaan energi listrik, dukungan infrastruktur permukiman, dan dukungan infrastruktur pengetahuan termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang selama ini mendera warga masyarakat di Indonesia bagian timur.
Didunia ini tak ada letaknya negara yang lebih berbahagia dari Indonesia. Buat siasat perang tak ada tempat yang lebih teguh, Tan Malaka menuliskan bukunya yang terkenal berjudul, "Madilog".
Lihat saja peta bumi. Besi  yang paling banyak dan baik, menurut laporan,  Bataviasche Nieuwsblad tahun 1935. Indonesia bagian utara, Philipina. Sulawesi dan Kalimantan banyak sekali tanahnya mengandung besi.
Minyak di Sumatera, Kalimantan, Irian sudah begitu sohor di seluruh dunia. Bauxite dan Aluminium keduanya melebur baja di kerjakan di Riau dan di Asahan.
Seorang pengarang buku di Amerika, meramalkan bahwa suatu negara seperti Amerika menguasai samudera dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.
Luar bisa kutipan diatas, sebuah buku yang terkenal juga adalah, terbit tahun 1925 berjudul, Naar de Republiek Indonesia, buku pertama yang ditulis oleh pribumi Hindia Belanda untuk menggambarkan gagasan Hindia Belanda yang merdeka sebagai Indonesia, untuk itu Muhammad Yamin memberikan julukan Tan Malaka sebagai Bapak Republik Indonesia.
Republik Indonesia, memang dasyat, dari segi Lokasi, Strategis, dan Dalam garis khatulistiwa.
Saatnya dalam mengikuti peranan di Indo Pasifik, pasti sangat sentral karena di himpit dunia, antara samudera Indonesia dan samudera Pasifik.
Kembali ke pertanyaan di awal. Siapa yang menguasai dunia. Pertanyaan ini merupakan tugas kita bersama untuk memiliki kemauan besar atau political will untuk bangkit menjadi "pemain sentral" di Indo-pasifik bukan sebagai pemain semi pinggiran. Saatnya untuk bangkit.
Ada tersurat lama, hampir 1 abad lalu, dalam ide yang luar biasa.
Merupakan sejarah besar yang tertulis dalam buku yang  sungguh luar biasa yang ditulis oleh putra Indonesia.