Ada dua fenomena yang menyita perhatian dunia saat ini yakni terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Indonesia 2014-2019 dan terpilihnya Narendra Modi sebagai Perdana Menteri India untuk periode 2014-2019. Majalah Time mengusulkan keduanya untuk menjadi tokoh internasional tahun 2014. Kedua kepala pemerintahan Asia itu dikenal dunia karena sikap sederhana dan anti korupsinya. Sekarang menarik untuk disimak apakah mungkin kedua pemimpin Asia ini bisa berbuat sesuatu bukan hanya di negaranya tapi menjadi perhatian dunia. Mungkin saja kebetulan dulu Presiden Soekarno punya hubungan ynag sangat dekat PM Nehru, namun kesamaan itu kelihatannya bisa diwujudkan jika Menlu kedua negara secara ceradas mampu memanfaatkan ini untuk kepentingan dunia yang lebih luas. Memang harus disadari tidak sedikit pemimpin India yang merasa telah berbuat banyak untuk membantu Indonesia di awal-awal kemerdekaannya, namun mereka merasa sepertinya para pemimpin Indonesia saat ini kurang mengetahui atau kurang menghargai peran India itu sehingga Indonesia lebih terkesan lebih mementingkan kerjasama dengan negara maju lain seperti Jepang dan Amerika Serikat. India dengan kebijakan "Look East Policy" yang dimulai sejak tahun 1990-an oleh PV Narashima Rao memang menghendaki hubungan erat dungan ASEAN dan Indonesia, namun sentimen bahwa Indonesia kurang menangkap peluang kerjasama itu masih terasa. Bahkan akibatnya India pun menjadi kurang menghargai negara-negara di Asia Tenggara itu. PM India Narendra Modi (64) sedang membaca dokumen saat pertemuan KTT Asia Timur di Maypyidaw, Myanmar tanggal 13 November 2014 (Sumber: Agence France-Presse/Getty Images). Sekarang ada peluang bagi Jokowi dan Narendra Modi untuk "mengguncang dunia" karena sama-sama ingin memajukan negara masing-masing dengan cara yang kurang lebih sama yakni sederhana dan bebas korupsi. Jika ini dijadikan peluang untuk melakukan sesuatu demi kemajuan masing-masing, bukan mustahil dunia akan lebih mengakui lagi kedua pemimpin itu. PM Narendra Modi ketika mengunjungi Jepang tahun 2014 misalnya mengatakan terlalu banyak orang yang mengatakan India saat ini maju dan hebat. Namun itu tidak cukup, dia mengatakan hal itu perlu dibuktikan dengan hasil nyata berupa banyaknya produk-produk buatan India di pasar-pasar dunia yang pada akhirnya akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat India. Presiden Joko Widodo (52) saat tiba di Naypyitaw, Myanmar untuk menghadiri KTT Asia Timur yang juga dihadiri PM Narendra Modi (European Pressphoto Agency). Jokowi juga punya semangat yang sama yang terlihat dari kepedulian Menteri Susi Pudjiastuti dengan niat tulus melindungi para nelayan. Kalau semangat Jokowi dan Modi ini bisa diterjemahkan secara kongkret oleh para menteri masing-masing untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, maka bukan mustahil persahabatan Jokowi-Modi bukan saja menghilangkan "rasa kurang akrab" antara India dan Indonesia atau menghidupkan kembali "Soekarno-Nehru", tapi juga akan mampu menghasilkan sesuatu bagi masyarakat kedua negara. Semoga para pejabat kedua pemimpin Asia itu dapat menjadikan peluang baik itu menjadi kenyataan.
KEMBALI KE ARTIKEL