Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Tayangkan Mayat Korban AirAsia QZ8501, Televisi Indonesia Diprotes!

1 Januari 2015   02:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:04 249 4
Media barat mengkritik televisi Indonesia yang dianggap tidak sensitif ketika menyiarkan mayat para korban Air Asia QZ8501. Setidaknya ada peringatan sebelumnya bahwa ganbar-gambar yang ditayangkan akan bisa menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para pemirsa. Namun yang paling disrot media barat yang dianggap bebas itu adalah kurangnya penghormatan media Indonesia terhadap para korban.

Harian Washington Post, Buenos Aires Herald dan kantor berita AP tanggal 31 Desember 2014 membuat judul berita setelah berita penemuan pesawat Air Asia ZQ8501 itu, "With no warning, Indonesian television shows floating corpse: Relatives of victims horrified by live images of deceased" (Tanpa peringatan, televisi Indonesia menayangkan gambar jenazah mengapung: keluarga korban ketakutan dengan tayangan siaran langsung para korban).

Kemudian dijelaskan bahwa televisi Infonesia (tvOne) menayangkan gambar para staf Tim SAR dari helikopter, dan tanpa ada peringatan sebelumnya dimunculkanllah gambar yang tidak patut yakni mayat seseorang yang mengapung di atas air; hampir telanjang dan hanya mengenakan pakaian dalam. Menurut media Barat itu penayangan seperti itu bukan saja menimbulkan kesedihan kepada keluarga tapi juga tidak menghargai korban dimaksud.

Sambil melihat tayangan itu banyak orang yang menyaksikan di bandara Surabaya berubah dengan linangan air mata, bahkan ada yang pingsan. Akibatnya seorang staf wanita dari Air Asia berteriak dengan mengatakan kepada media "Tolong jangan tayangkan mayat korban itu, itu sangat tidak pantas!" Ahirnya sekitar 200 wartawan dilarang masuk ke dalam ruangan yang menampung keluarga para penumpang.

Ada banyak sisi positif dengan keterbukaan dan kecepatan media di Indonesia, misalnya dengan terbongkarnya banyak kasus yang merugikan masyarakat. Namun harus diakui juga bahwa hal-hal negatif atau yang merugikan masyarakat harus tetap dihindari. Semoga saja para media, khususnya televisi Indonesia, mau belajar dan tidak selalu membenarkan diri, dengan kejadian ini. Jika diperlukan, keluarga korban yang merasa dirugikan, bisa saja melayangkan gugatan ke pengadilan dengan ganti rugi yang cukup besar untuk memberikan pelajaran kepada media televisi Indonesia.

Mudah-mudahan mulai tahun 2015 ini media Indonesia (terutama televisi)  mulai makin dewasa, bahwa di negara dengan kebebasan pers paling tinggi pun, ternyata masih ada etika dalam penayangan foto atau gambar para korban yang meninggal dunia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun